GimoAdi.Blogg
Image by Cool Text: Free Logos and Buttons - Create An Image Just Like This

Cari Situs

Jumat, 06 April 2012

CHILD ABUSED


BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG
Dalam mencapai Indonesia sehat 2010 peningkatan mutu kesehatan yangberkualitas merupakan kebutuhan masyarakat. Hal ini penting mengingat makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masa sekarang yang sering menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik mental dan sosial serta kesejahteraan masyarakat.Gangguan jiwa artinya menonjolnya gejala-gejala psikogenik, hal ini tidakberarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu lagi, yang sakit dan yang menderitaialah ; Manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya, dan lingkungannya.Dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Perilaku kekerasan pada anak diperlukan sikap perawatan yang menerima klien, hangat, sederhana,dimana prinsip intervensi aktif adalah : menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.
Untuk mengantisipasi hal tersebut dpat dipperlukan usaha-usaha pelayanan kesehatah jiwa seperti yang tercantum didalam undang-undang kesehatan jiwa no.26 tahun 1992 pasal 27 yang meliputi :
1.    Promotif dan Prefentif 
Promotif memberikan penyuluhan tenteng masalah yang berkaitan dengan mental emosional misal : tentang penyuluhan kenakalan anak remja; cara menangani pasien kalau sudah pulang; Penyalah gunaan obatdan NAPZA. Preventif memberikan pencegahan agar orang yang mengalami stres tidak menjadi jatuh sakit
2.    Kuratif Child
Yaitu : Tindakan pengobatan yang dilakukan tenaga medis maupunperawat dan tenaga ahli lainnya dalam rangka usaha membantukesembuhan pasien agar terbebas dari sakitnya
3.    Rehabilitasi 
Yaitu : Usaha mengembalikan fungsi/keahlian/ketrampilan pasien agarkeahlian yang dimiliki dapat berfungsi kembali sehingga setelah pulangpasien mampu hidup secara mandiri
4.    Usaha keswamas Usaha kesehatan jiwa masyarakat
Gangguan suasana perasaan merupakan bagian dari depresi, Depresi itu sendiri merupakan gangguan gangguan tersendiri ataupun sebagai gejala nyata dari suatu gangguan jiwa, Baik sebagai gejala tersendiri, ataupun sebagai gejalapenyerta, Depresi merupakan gangguan yang banyak dijumpai, dikatakan bahwasekitar 30-40% penderita dirawat di RSJ merupakan penderita depresi (Psikiatri hal 11. 1)Usaha keperawatan mental psikiatri ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas laporan praktek klinik keperawatan III, dengan harapan mahasiswa akper baik di Puskesmas, rumah sakit, mampu mendeteksi secara dini masalah kesehatan mental psikiatri
B.      BATASAN MASALAH
Dalam menyusun laporan ini penulis membatasi masalah pada asuhankeperawatan dengan Perilaku Kekerasan pada Anak dari tinjuan Konseptual.

C.      TUJUAN PENULISAN 
Tujuan umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan PerilakuKekerasan pada anak.
Tujuan Khusus
1.  Menjelasakan tentang Konsep Teori Kekerasan pada anak .
2.  Menjelasakan tentang Konsep Asuhan Keperawatan dengan perilaku kekerasan pada anak.
3.  Menjelaskan tentang asuhan keperawatan kasus fiktif perilakukekerasan pada anak.

 
BAB II
TINJAUAN TEORITIS CHILD ABUSE

A.      Pengertian
©    Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi
©    Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual
©    Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak,dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak 
©    Physical abuse adalah penganiayaan fisik ketika anak-anak mendapatkan luka atau terluka oleh karena tindakan orang tua atau orang lain
©    Physical abuse terjadi ketika orang tua atau pengasuh dan pelindung anak ( ketika sebenarnya anak membutuhkan perhatian ) melakukan pemukulan atau kekerasan secara fisik pada anak 

B.      EtiologiFaktor Predisposisi & Presipitasi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1.  Stres yang berasal dari anak 
a.  Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak  berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.
c.  Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memilikitemperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh didalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e. Anak angkat , anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkanorangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.
2.  Stress keluarga
a.    Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan leh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga.
b.    Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dantingkah laku anak.
c.     Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d.    Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yangdiinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.
3.  Stress berasal dari orangtua
a.    Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebabanak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
b.    Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.
c.     Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akanmembuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.

C.      Klasifikasi
1.    Emotional Abuse
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror,mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal ini akan menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional anak.
- Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan.
- Indikator perilaku – kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukul-mukul)
2.    Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan yangdapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebaga tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya berupaluka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.-Indikator fisik – luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut,cakaran-Indikator perilaku – waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilakuekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri.
3.    Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak, sepertitidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya .
-      Indikator fisik–kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk,kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.
-      Indikator kebiasaan ¬ Meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yang kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan.
4.    Sexual Abuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar pornografianak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.-Indikator fisik – kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di areagenital/ rektal, berpenyakit kelamin.-Indikator kebiasaan – pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual yangtidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku permisif/berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol)
 
A.      Dampak Child Abuse
Child abuse ini menimbulkan dampak (Moore,2004) diantaranya :
1.    Anak kehilangan hak untuk menikmati masa kanak-kanaknya. Anak bisa sajakehilangan keceriaannya karena kekerasan yang dialaminya hingga malas untuk  bermain.
2.    Sering menjadi korban eksploitasi dan penindasan dari orang dewasa. Anak yang pernah menjadi korban kekerasan lagi dan semakin ditindas orang dewasa bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
3.    Sering pada saat dewasa membawa dampak psikologis : labilitas emosi, perilakuagresif, tindak kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, perilaku sex bebas, dan perilakuanti sosial.
4.    Kerusakan fisik : pertumbuhan dan perkembangan tubuh kurang normal atau bahkanmengalami kecacatan dan rusaknya sistem syaraf.
5.    Besar kemungkinan setelah dewasa akan memberi perlakuan keras secara fisik padaanaknya.
6.    Akibatnya yang paling fatal adalah kematian

B.      Tanda dan Gejala
Tanda fisik yang bisa dijumpai pada physical abuse :
1.     Cidera Kulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan palingmudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan bekasgigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar padatempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan menunjukkanadanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek yang dapat dikenaliumumnya bukan suatu kebetulan.
2.     Kerontokan Rambut Traumatik 
Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat membantumembedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-penganiayaan.
3.     Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang dialamitersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.
4.     Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut 
Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir pecah- pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya penganiayaan.
5.     Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya
Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja.
6.     Sindroma Bayi Terguncang
Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak, menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat menimbulkan cidera berat padasystem saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera eksternal.
7.     Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan
Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau dislokasikarena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang tidak terjadisecara kebetulan.

Menurut American Academy Of Child Adolescent Psychiatry (2007) anak telah mengalami penganiayaan dapat menunjukkan ciri-ciri :
1.     Mempunyai gambaran diri yang lemah & tidak bisa menjalankan peran
2.     Ketidakmampuan untuk percaya atau mencintai orang lain
3.     Agresif, mengganggu, dan berperilaku tidak benar
4.     Kemarahan dan amuk, merusak diri sendiri, pemikiran tentang bunuh diri
5.     Pasif, menarik diri, dan perilaku mengandung kutukan
6.     Ketakutan melakukan aktivitas atau hubungan interpersonal yang baru
7.     Khawatir dan takut, merasa sedih yang berlebih atau merasa tertekan
8.     Permasalahan sekolah atau kegagalan dan penyalahgunaan NAPZA 
9.     Gangguan tidur, mimpi buruk

Menurut Child Welfare Information Gateway (2006) tanda dan gejala yang sering dijumpai pada physical abuse adalah :
1.     Anak :
-     Menunjukkan adanya perubahan yang mendadak di dalam perilaku atau prestasi sekolah
-  Belum atau tidak menerima bantuan baik secara fisik maupun permasalahan medis yang seharusnya diberikan oleh orang tua
- Selalu dalam kewaspadaan seolah-olah bersiap mengahadapi sesuatu yang tidak menyenangkan/ mengancamnya akan terjadi
-     Menuntut yang berlebihan, pasif, menarik diri
-     Datang ke sekolah dan aktifitas lain lebih awal dan pulang terlambat(seperti ingin pergi dari rumah).
2.     Orang tua:
-      Pengawasan orang tua yang kurang, menunjukkan perhatian yang sedikit pada anak
-    Menyangkal keberadaan anak dan menyalahkan anak baik tentang permasalahan di sekolah maupun di rumah
-   Meminta pada guru atau pejabat di sekolah untuk menggunakan kekerasan fisik dalam menegakkan disiplin pada anak yang berbuat nakal/jahat
-      Selalu melihat anak tidak baik, tidak berharga atau membebani
-      Menuntut tingkatan fisik serta pencapaian akademis yang tidak mungkin dicapai oleh anak.
3.     Orang tua dan anak :
-      Jarang bersentuhan atau saling berpandangan
-      Memandang hubungan antara orang tua dan anak sebagai hal negatif seluruhnya
-      Mengatakan tidak suka satu sama lain.
  
A.      Evaluasi Diagnostik
Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologik yang lengkap, danlaboratorium.Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik -Penganiayaan fisik
Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
·    Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau punggung.
·    Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan kaki-tangan dalam air panas, atau luka bakar berbentuk lingkaran pada bokong.Luka bakar akibat aliran listrik seperti oven atau setrika.
·   Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial, perdarahanretina, dan fraktur tulang panjang yang multipel dengan tingkat penyembuhanyang berbeda.
· Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih dominan pada anak di atasusia 2 tahun.-Pengabaian
·  Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi yangmengakibatkan kegagalan mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangananak yang seharusnya, tetapi respons baik terhadap pemenuhan makanan dankebutuhan emosi anak.
·   Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang memadai padaanak penderita penyakit kronik karena orangtua menyangkal anak menderita penyakit kronik. Tidak mampu imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya.Kegagalan yang disengaja oleh orangtua juga mencakup kelalaian merawatkesehatan gigi dan mulut anak sehingga mengalami kerusakan gigi.-Penganiayaan seksualTanda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari:
·    Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya perdarahan atau sekret di vagina.
·    Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau encopresis.
·    Pubertas prematur pada wanita
·  Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas seksual dengan temansebaya, binatang, atau objek tertentu. Tidak sesuai dengan pengetahuanseksual dengan umur anak serta tingkah laku yang menggairahkan.
·  Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan bunuh diri, perasaan takut padaorang dewasa, mimpi buruk, gangguan tidur, menarik diri, rendah diri,depresi, gangguan stres post-traumatik, prostitusi, gangguan makan, dsb.
·  LaboratoriumJika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Pada penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan :
-   Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
-   Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
-   Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
-   Analisa rambut pubis
 
·    Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak,yaitu untuk :
-   Identifiaksi fokus dari jejas
-   DokumentasiPemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaanfisik. Adanya fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan fisik.
-   CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanyadiindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami traumakepala yang berat.
-   MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
-   Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
-   Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaanseksual.

A.      Penatalaksanaan
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:
1.     Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
Prevensi primer
Tujuan : promosi orang tua dan keluarga sejahtera
·    Individu :
-      Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan masyarakat
-      Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik
-      Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
-      Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi
-      Pelayanan referensi perawatan jiwa
-      Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku kekerasan.

·    Keluarga :
-      Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di masyarakat
-      Memfasilitasi jalinan kasih 16ocial pada orangtua baru-Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut (follow up)
-      Pelayanan social untuk keluargaKomunitas :
-      Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga
-      Mengurangi media yang berisi kekerasan
-  Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti: pelayanan krisis,tempat penampungan anak/keluarga/usia lanjut/wanita yang dianiaya
-      Kontrol pemegang senjata api dan tajam

Prevensi sekunder
Tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress
·    Individu :
-      Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada keluarga padatiap pelayanan kesehatan
-      Rencana penyelamatan diri bagi korban secara adekuat
-      Pengetahuan tentang hukuman untuk meminta bantuan dan perlindungan
-      Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban
·    Keluarga :
-      Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga
-      Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-group). Misalnya:kelompok pemerhati keluarga sejahtera
-      Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang memberikan pelayanan pada korban
·    Komunitas :
-     Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada korbandengan standar prosedur dalam menolong korban
-  Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon, melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak hukum/dinas sosial untuk  pelayanan segera.
-      Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya bayi dan anak.
-      Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah setempat
-      Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi
-      Kontrol pemegang senjata api dan tajam

Prevensi tertier
Tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan
·    Individu :
-     Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban
-     Konseling profesional pada individu
·    Keluarga :
-      Redukasi orangtua dalam pola asuh anak
-      Konseling profesional bagi keluarga
-      Self-help-group (kelompok peduli)
·    Komunitas
-      “Foster home”, tempat perlindungan
-      Peran serta pemerintah
-      “follow up” pada kasus penganiayaan dan kekerasan
-      Kontrol pemegang senjata api dan tajam
 
1.     Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harud dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah.Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniayaemosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak.

2.     Penegak hukum dan keamanan
Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.

3.     Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun jangka panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan


DAFTAR PUSTAKA

Anna Budi Keliat. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak . Jakarta : FIK UI
Ennis Sharon Axton. 2003. Pediatric Nursing Care Plans,2nd Edition,Pearson Education,New Jersey.
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak I . Jakarta : EGC.
Whaley’s and Wong. 1996.Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition,Mosby Company.
Sowden Betz Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
http://www.scribd.com/doc/55404073/Makalah-Kekerasan-Pada-Anak