BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam
mencapai Indonesia sehat 2010 peningkatan mutu kesehatan yangberkualitas
merupakan kebutuhan masyarakat. Hal ini penting mengingat makin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi masa sekarang yang sering menimbulkan perubahan
pola hidup masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik mental dan
sosial serta kesejahteraan masyarakat.Gangguan jiwa artinya menonjolnya
gejala-gejala psikogenik, hal ini tidakberarti bahwa unsur yang lain tidak
terganggu lagi, yang sakit dan yang menderitaialah ; Manusia seutuhnya dan
bukan hanya badannya, jiwanya, dan lingkungannya.Dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan Perilaku kekerasan pada anak diperlukan sikap
perawatan yang menerima klien, hangat, sederhana,dimana prinsip intervensi
aktif adalah : menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan atau
mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.
Untuk
mengantisipasi hal tersebut dpat dipperlukan usaha-usaha pelayanan kesehatah
jiwa seperti yang tercantum didalam undang-undang kesehatan jiwa no.26 tahun
1992 pasal 27 yang meliputi :
1.
Promotif dan Prefentif
Promotif memberikan penyuluhan tenteng masalah yang
berkaitan dengan mental emosional misal : tentang penyuluhan kenakalan anak remja;
cara menangani pasien kalau sudah pulang; Penyalah gunaan obatdan NAPZA.
Preventif memberikan pencegahan agar orang yang mengalami stres tidak menjadi
jatuh sakit
2.
Kuratif Child
Yaitu : Tindakan pengobatan yang dilakukan tenaga medis
maupunperawat dan tenaga ahli lainnya dalam rangka usaha membantukesembuhan
pasien agar terbebas dari sakitnya
3.
Rehabilitasi
Yaitu : Usaha mengembalikan fungsi/keahlian/ketrampilan
pasien agarkeahlian yang dimiliki dapat berfungsi kembali sehingga setelah
pulangpasien mampu hidup secara mandiri
4.
Usaha keswamas Usaha kesehatan jiwa masyarakat
Gangguan suasana perasaan merupakan bagian dari depresi,
Depresi itu sendiri merupakan gangguan gangguan tersendiri ataupun sebagai
gejala nyata dari suatu gangguan jiwa, Baik sebagai gejala tersendiri, ataupun
sebagai gejalapenyerta, Depresi merupakan gangguan yang banyak dijumpai,
dikatakan bahwasekitar 30-40% penderita dirawat di RSJ merupakan penderita
depresi (Psikiatri hal 11. 1)Usaha keperawatan mental psikiatri ini dibuat
dengan tujuan memenuhi tugas laporan praktek klinik keperawatan III, dengan
harapan mahasiswa akper baik di Puskesmas, rumah sakit, mampu mendeteksi secara
dini masalah kesehatan mental psikiatri
B. BATASAN MASALAH
Dalam menyusun laporan ini penulis membatasi masalah pada
asuhankeperawatan dengan Perilaku Kekerasan pada Anak dari tinjuan Konseptual.
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum
Untuk mengetahui
Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan PerilakuKekerasan pada anak.
Tujuan Khusus
1. Menjelasakan
tentang Konsep Teori Kekerasan pada anak .
2. Menjelasakan
tentang Konsep Asuhan Keperawatan dengan perilaku kekerasan pada anak.
3. Menjelaskan
tentang asuhan keperawatan kasus fiktif perilakukekerasan pada anak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS CHILD
ABUSE
A. Pengertian
©
Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi
perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi
©
Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan
emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga
penyalahgunaan seksual
©
Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran
dan eksploitasi terhadap anak,dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia
yang keliru terhadap anak
©
Physical abuse adalah penganiayaan fisik ketika
anak-anak mendapatkan luka atau terluka oleh karena tindakan orang tua atau
orang lain
©
Physical abuse terjadi ketika orang tua atau
pengasuh dan pelindung anak ( ketika sebenarnya anak membutuhkan perhatian )
melakukan pemukulan atau kekerasan secara fisik pada anak
B. EtiologiFaktor Predisposisi &
Presipitasi
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik
maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1. Stres
yang berasal dari anak
a. Fisik
berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik
anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat
adalah anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan
berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental
berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga
anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan
di sekitarnya.
c. Temperamen
berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan
bila dibandingkan dengan anak yang memilikitemperamen keras. Hal ini disebabkan
karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila
dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
d. Tingkah
laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan
berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh didalam
keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e. Anak
angkat , anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar
disebabkanorangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari
hasil perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan
emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.
2. Stress
keluarga
a.
Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini
merupakan faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab
kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga
apapun akan dilakukan leh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya
termasuk harus mengorbankan keluarga.
b.
Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai,
ketiga faktor ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan
pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam
membentuk kepribadian dantingkah laku anak.
c.
Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada
anak, sebab anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d.
Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan
mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak
sesuai dengan apa yangdiinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik,
lemah mental, dsb.
3. Stress
berasal dari orangtua
a.
Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering
mendapatkan kekerasan, sebabanak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu
mengecewakan orang lain.
b.
Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua
yang mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama
terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang
pernah dialaminya.
c.
Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan
yang tidak realistis akanmembuat orangtua mengalami stress berat sehingga
ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung
menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan
kekerasan.
C. Klasifikasi
1.
Emotional Abuse
Perlakuan yang
dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror,mengabaikan anak, atau
mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak merasa dirinya tidak dicintai,
atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal ini akan menyebabkan kerusakan
mental fisik, sosial, mental dan emosional anak.
- Indikator fisik
kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan.
- Indikator
perilaku – kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukul-mukul)
2.
Physical Abuse
Cedera yang
dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan yangdapat menyebabkan
cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebaga tindakan yang
dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya berupaluka memar,
luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.-Indikator fisik – luka memar,
gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut,cakaran-Indikator perilaku
– waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilakuekstrem seerti agresif
atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu,
berbohong, mencuri.
3.
Neglect
Kegagalan orang tua
untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak, sepertitidak memberikan rumah
yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau
dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya .
-
Indikator fisik–kelaparan, kebersihan diri yang
rendah, selalu mengantuk,kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak
ditangani.
-
Indikator kebiasaan ¬ Meminta atau mencuri
makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah
kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yang kurang memadai (pada musim
dingin), ditinggalkan.
4.
Sexual Abuse
Termasuk
menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar pornografianak-anak,
atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.-Indikator fisik – kesulitan untuk
berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam, nyeri atau
gatal di area genital, memar atau perdarahan di areagenital/ rektal,
berpenyakit kelamin.-Indikator kebiasaan – pengetahuan tentang seksual atau
sentuhan seksual yangtidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan,
kurang bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan
fisik, berperilaku permisif/berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan
untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol)
A.
Dampak
Child Abuse
Child abuse ini
menimbulkan dampak (Moore,2004) diantaranya :
1.
Anak kehilangan hak untuk menikmati masa
kanak-kanaknya. Anak bisa sajakehilangan keceriaannya karena kekerasan yang
dialaminya hingga malas untuk bermain.
2.
Sering menjadi korban eksploitasi dan penindasan
dari orang dewasa. Anak yang pernah menjadi korban kekerasan lagi dan
semakin ditindas orang dewasa bila tidak mendapatkan penanganan yang
tepat.
3.
Sering pada saat dewasa membawa dampak
psikologis : labilitas emosi, perilakuagresif, tindak kekerasan, penyalahgunaan
NAPZA, perilaku sex bebas, dan perilakuanti sosial.
4.
Kerusakan fisik : pertumbuhan dan perkembangan
tubuh kurang normal atau bahkanmengalami kecacatan dan rusaknya sistem syaraf.
5.
Besar kemungkinan setelah dewasa akan memberi
perlakuan keras secara fisik padaanaknya.
6.
Akibatnya yang paling fatal adalah kematian
B. Tanda dan Gejala
Tanda fisik yang
bisa dijumpai pada physical abuse :
1.
Cidera Kulit
Cidera kulit
adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan palingmudah dikenali.
Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan bekasgigi, tanda
hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar padatempat-tempat
yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah
mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan
menunjukkanadanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek yang
dapat dikenaliumumnya bukan suatu kebetulan.
2.
Kerontokan Rambut Traumatik
Kerontokan rambut
traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai untuk menyeret
atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat memecahkan pembuluh
darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat membantumembedakan antara
kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-penganiayaan.
3.
Jatuh
Jika seorang anak
dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak adalah cidera yang
tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang dialamitersebut
menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.
4.
Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut
Luka, perdarahan,
kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir pecah- pecah,
gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru tanpa trauma
pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya penganiayaan.
5.
Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya
Luka bakar
terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil dan banyak
dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar daerah popok
dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja.
6.
Sindroma Bayi Terguncang
Guncangan pada
bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak, menyebabkan regangan dan
pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat menimbulkan cidera berat padasystem
saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera eksternal.
7.
Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat
Dijelaskan
Fraktur Iga
Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau dislokasikarena
terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang tidak
terjadisecara kebetulan.
Menurut American Academy Of Child Adolescent
Psychiatry (2007) anak telah mengalami penganiayaan dapat menunjukkan
ciri-ciri :
1.
Mempunyai gambaran diri yang lemah & tidak
bisa menjalankan peran
2. Ketidakmampuan
untuk percaya atau mencintai orang lain
3. Agresif,
mengganggu, dan berperilaku tidak benar
4. Kemarahan
dan amuk, merusak diri sendiri, pemikiran tentang bunuh diri
5. Pasif,
menarik diri, dan perilaku mengandung kutukan
6. Ketakutan
melakukan aktivitas atau hubungan interpersonal yang baru
7. Khawatir
dan takut, merasa sedih yang berlebih atau merasa tertekan
8. Permasalahan
sekolah atau kegagalan dan penyalahgunaan NAPZA
9.
Gangguan tidur, mimpi buruk
Menurut Child Welfare Information Gateway (2006)
tanda dan gejala yang sering dijumpai pada physical abuse adalah :
1.
Anak :
- Menunjukkan adanya perubahan yang mendadak di
dalam perilaku atau prestasi sekolah
- Belum atau tidak menerima bantuan baik secara
fisik maupun permasalahan medis yang seharusnya diberikan oleh orang tua
- Selalu dalam kewaspadaan seolah-olah bersiap
mengahadapi sesuatu yang tidak menyenangkan/ mengancamnya akan terjadi
- Menuntut yang berlebihan, pasif, menarik diri
- Datang ke sekolah dan aktifitas lain lebih awal
dan pulang terlambat(seperti ingin pergi dari rumah).
2. Orang
tua:
-
Pengawasan orang tua yang kurang, menunjukkan
perhatian yang sedikit pada anak
- Menyangkal keberadaan anak dan menyalahkan anak
baik tentang permasalahan di sekolah maupun di rumah
-
Meminta pada guru atau pejabat di sekolah untuk
menggunakan kekerasan fisik dalam menegakkan disiplin pada anak yang berbuat
nakal/jahat
-
Selalu melihat anak tidak baik, tidak berharga
atau membebani
-
Menuntut tingkatan fisik serta pencapaian
akademis yang tidak mungkin dicapai oleh anak.
3. Orang
tua dan anak :
-
Jarang bersentuhan atau saling berpandangan
-
Memandang hubungan antara orang tua dan anak
sebagai hal negatif seluruhnya
-
Mengatakan tidak suka satu sama lain.
A. Evaluasi Diagnostik
Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan
berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi
riwayat psikologik yang lengkap, danlaboratorium.Riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik -Penganiayaan fisik
Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
·
Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut,
telinga, kepala, atau punggung.
·
Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi:
rokok, pencelupan kaki-tangan dalam air panas, atau luka bakar berbentuk
lingkaran pada bokong.Luka bakar akibat aliran listrik seperti oven atau
setrika.
· Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma
intrakranial, perdarahanretina, dan fraktur tulang panjang yang multipel dengan
tingkat penyembuhanyang berbeda.
· Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding
trauma kepala dan tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih
dominan pada anak di atasusia 2 tahun.-Pengabaian
· Pengabaian non
organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi yangmengakibatkan kegagalan
mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangananak yang seharusnya, tetapi respons
baik terhadap pemenuhan makanan dankebutuhan emosi anak.
· Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat
pengobatan yang memadai padaanak penderita penyakit kronik karena orangtua
menyangkal anak menderita penyakit kronik. Tidak mampu imunisasi dan perawatan
kesehatan lainnya.Kegagalan yang disengaja oleh orangtua juga mencakup
kelalaian merawatkesehatan gigi dan mulut anak sehingga mengalami kerusakan
gigi.-Penganiayaan seksualTanda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri
dari:
·
Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya
perdarahan atau sekret di vagina.
·
Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau
encopresis.
·
Pubertas prematur pada wanita
· Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas
seksual dengan temansebaya, binatang, atau objek tertentu. Tidak sesuai dengan
pengetahuanseksual dengan umur anak serta tingkah laku yang menggairahkan.
· Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan
bunuh diri, perasaan takut padaorang dewasa, mimpi buruk, gangguan tidur,
menarik diri, rendah diri,depresi, gangguan stres post-traumatik, prostitusi,
gangguan makan, dsb.
· LaboratoriumJika dijumpai luka memar, perlu
dilakukan skrining perdarahan. Pada penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan
:
-
Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa
dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
-
Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal
untuk genokokus
-
Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
-
Analisa rambut pubis
·
Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis
perlakuan salah pada anak,yaitu untuk :
-
Identifiaksi fokus dari jejas
-
DokumentasiPemeriksaan radiologi pada anak di
bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada
anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang,
keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaanfisik. Adanya fraktur
multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan fisik.
-
CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi
serebral akut dan kronik, hanyadiindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang
bayi yang mengalami traumakepala yang berat.
-
MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif
pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub
arakhnoid.
-
Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis
adanya lesi visceral
-
Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak
yang mengalami penganiayaanseksual.
A. Penatalaksanaan
Pencegahan dan
penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:
1.
Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan
berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga, dan
masyarakat.
Prevensi
primer
Tujuan : promosi orang tua dan keluarga sejahtera
·
Individu :
-
Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat
ibadah, dan masyarakat
-
Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian
konflik
-
Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
-
Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang
merawat bayi
-
Pelayanan referensi perawatan jiwa
-
Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi
dini perilaku kekerasan.
·
Keluarga :
-
Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah,
institusi di masyarakat
-
Memfasilitasi jalinan kasih 16ocial pada
orangtua baru-Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut
(follow up)
-
Pelayanan social untuk keluargaKomunitas :
-
Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam
keluarga
-
Mengurangi media yang berisi kekerasan
- Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat,
seperti: pelayanan krisis,tempat penampungan anak/keluarga/usia lanjut/wanita
yang dianiaya
-
Kontrol pemegang senjata api dan tajam
Prevensi
sekunder
Tujuan: diagnosa
dan tindakan bagi keluarga yang stress
·
Individu :
-
Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian
kekerasan pada keluarga padatiap pelayanan kesehatan
-
Rencana penyelamatan diri bagi korban secara
adekuat
-
Pengetahuan tentang hukuman untuk meminta
bantuan dan perlindungan
-
Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban
·
Keluarga :
-
Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga
-
Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat
(self-help-group). Misalnya:kelompok pemerhati keluarga sejahtera
-
Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang
memberikan pelayanan pada korban
·
Komunitas :
- Semua profesi kesehatan terampil memberikan
pelayanan pada korbandengan standar prosedur dalam menolong korban
- Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam
memberi respon, melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak hukum/dinas
sosial untuk pelayanan segera.
-
Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera
khususnya bayi dan anak.
-
Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan
pemerintah setempat
-
Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi
-
Kontrol pemegang senjata api dan tajam
Prevensi
tertier
Tujuan: redukasi
dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan
·
Individu :
- Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri
bagi korban
- Konseling profesional pada individu
·
Keluarga :
-
Redukasi orangtua dalam pola asuh anak
-
Konseling profesional bagi keluarga
-
Self-help-group (kelompok peduli)
·
Komunitas
-
“Foster home”, tempat perlindungan
-
Peran serta pemerintah
-
“follow up” pada kasus penganiayaan dan
kekerasan
-
Kontrol pemegang senjata api dan tajam
1.
Pendidikan
Sekolah mempunyai
hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu
penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa
bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harud dijaga agar
tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak
di sekolah.Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak
terjadi aniayaemosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya
fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
2.
Penegak hukum dan keamanan
Hendaknya UU no.4
thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini
akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal
2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup
yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
secara wajar.
3.
Media massa
Pemberitaan
penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel pencegahan
dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun jangka
panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan
DAFTAR PUSTAKA
Anna Budi Keliat. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada
Anak . Jakarta : FIK UI
Ennis Sharon Axton. 2003. Pediatric Nursing Care Plans,2nd
Edition,Pearson Education,New Jersey.
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak I . Jakarta : EGC.
Whaley’s and Wong. 1996.Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th
Edition,Mosby Company.
Sowden Betz Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
http://www.scribd.com/doc/55404073/Makalah-Kekerasan-Pada-Anak