ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TUMOR HIPOFISIS
A. Pengertian
Kelenjar
hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia, kelenjar
inimengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis,
kontrol laktasi,kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang
linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular
dengan memelihara resorpsi cairan diginjal.Kelenjar hipofisis terdiri dari 2
lobus, lobus anterior dan lobus posterior, pada lobusanterior kelenjar ini
terdapat 5 tipe sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada
lobus posterior dilepaskan 2 macam hormon peptida.Pituitary tumor, pertumbuhan
abnormal yang berkembang di kelenjar hipofisis di otak,hampir selalu
noncancerous (jinak).
Sebagian
besar tumor hipofisis (adenomas) tidak menyebar di luar tengkorak
(nonmetastatic) dan biasanya masih terbatas pada kelenjar pituitari
atau di dekatnya jaringan otak. Pituitary tumor cukup umum dan
seringdidiagnosis melalui scan MRI yang dilakukan untuk alasan lain.
B. Epidemiologi
Sekitar 10%
dari seluruh tumor intrakranial merupakan tumor hipofisis, terutama
terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan insiden yang ditemukan seimbang
pada laki-laki dan wanita.Tumor hipofisis terutama timbul pada lobus anterior
hipofisis, sedangkan pada lobus posterior (neurohipofisis) jarang terjadi.
Tumor ini biasanya bersifat jinak.
C. Etiologi
Penyebab
tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hipofisis hasil dari
perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak
terkendali.Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe Idikaitkan
dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari
kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil
penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain.Kanker payudarapada wanita dan
kanker paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk
menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar
pituitari termasuk kanker ginjal,kanker prostat, melanoma,dan kanker pencernaan.
D. Klasifikasi
Klasifikasi
dibedakan berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis
dandibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1.
Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)
Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh
tumor pada hipofisis. Biasanya muncul pada dekade ke 4 dan ke 5 dari
kehidupan, dan biasanya lebih sering ditemukan padalaki-laki daripada wanita.
Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell tumor,undifferentiated tumor dan non
hormon producing adenoma. Karena tumor ini tidak memproduksi hormon, maka
pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika
diagnose ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar, atau
gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid walaupun bias
ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.
2. Adenoma
hipofisis fungsional yang terdiri dari :
a. adenoma yang
bersekresi prolaktin
b. adenoma yang
bersekresi growth hormon (GH)
c. adenoma yang
bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
d. adenoma yang
bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)
Pada
penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630 pasienmerupakan
tipe functioning pituitary tumors yang terdiri dari:52% merupakan tumor yang
mengsekresikan prolactin27% tumor yang mengsekresikan GH20% tumor yang
mengsekresikan ACTH0,3% tumor yang mengsekresikan TSH kelenjar hipofisis bagian
anterior berperan dalam sekresi dan pengaturan dari berbagai hormon
peptida dan stimulating factor. Tumor yang berasal dari bagian iniakan
memproduksi secara berlebihan beberapa atau salah satu darihormonmpoptida, jika
ini terjadi maka dinamakan fungsional atau secreting adenoma.
Adanya
adenoma kelenjar hipofisis anterior bisa dideteksi dengan melihataktifitas
endokrin dan dengan immunohisto chemical staining.Ada juga klasifikasi dari
buku medikel bedah yaitu : Eusinofil Basofil Kromopom
Klasifikasi berdasarkan gambaran radiology
1. Grade 0 :
tumor tidak terlihat secara radiologi
2. Grade I dan
II: adenoma yang terbatas dalam sella turcica
3. Grade III
dan IV: adenoma yang menginvasi ke jaringan sekitarnyaBerdasarkan penyebarannya
tumor ke extrasellar maka dibagi lagi dalam subklasifikasi berikut :
a. A,B,C yaitu
penyebaran langsung ke suprasellar
b. D yaitu
perluasan secara asimetrik ke sinus kavernosus
c. E yaitu
perluasan secara asimetrik ke sinus intrakranial
E.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Adenoma Hipofisis non
fungsional:
1. nyeri kepala
2. karena
perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma optikum,timbul
gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal inferior yangterletak
pada aspek inferior dari chiasma optik melayani lapang pandang bagiantemporal
superior (Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah
lapang pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua papil akan
menjai atrophi.
3. Jika tumor
meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan NIII, IV, VI,V2, V1,
berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinue akan
menyebabkan proptosis, chemosis dan penyempitan dari a. karotis (oklusi
komplit jarang)
4. Tumor yang
tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis yang progressif
dalam beberapa bulan atau beebrapa tahun berupa :
• Hypotiroidism, tidak tahan dingin,
myxedema, rambut yang kasar
• Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat
lelah
• Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan
libido dan kesuburan
• Diabetes insipidus, sangat jarang
Walaupun
gangguan lapang pandang bitemporal dan hypopituitarism yang
berjalan progresif merupakan gejala klinik yang khas pada tumor ini,
kadang-kadang adenomahipofisis yang besar memberikan gejala yang akut akibat
adanya perdarahan atau Infark. Tumor intrakranial yang paling sering
menimbulkan perdarahan adalah adenoma hipofisis. Adanya perdarahan yang besar
ke dalam tumor hipofisis akan menyebabkan gejala nyeri kepala yang tiba-tiba,
penurunan kesadaran gangguan penglihatan dan insufisiensi adrenal yang
akut. Pasien yang menderita abcess pada hipofisis akan memberi gejala yang sama
disertai demam. Menurut Wilson sekitar 3% makro adenoma menunjukkan Pituitary
apoplexi.
Manifestasi
Klinis Adenoma Fungsional
a) Adenoma yang
bersekresi Prolaktin
- Hyperprolactinemia
pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe,kemandulan dan osteoporosis.
- Pada
laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya sexualyang
menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini pada laki-laki
biasanya ditemukan jika sudah menibulkan efek kompresi pada struktur yang
berdekatan.
b) Adenoma yang
bersekresi growth hormon
Gejala
timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara kronik.Dari sejumlah
kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih karena efek kompresi
lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan somatiknya. Gejala
dini berupa:
- Ukuran
sepatu dan baju membesar
- Lalu timbul
visceromegali
- Hiperhidrosis,
- Macroglossia,
- Muka yang kasar
dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan subcutisyang lambat
berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jari-jari, bibir,telinga dan
lidah. Adanya skin tags ini penting karena hubungannya dengankeganasan pada
kolon.
c) Adenoma yang
bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)Kecuali untuk tumor yang bersekresi TSH,
yang menunjukkan gejala :
- hypertiroidism
glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang spesifik sehubungan
dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya baru ditemukan sesudah
memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya seperti chiasma optikum atau
tangkai hipofisis.
- Hipertiroid
yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves disease,graves disease
merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terdapat resistensiyang efektif
terhadap hormon tiroid yang menyebabkan pengaruh umpan balik negatif dari
hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul hipersekresi TSH.Kelainan ini
sering bersamaan dengan bisu tuli, stipled epiphyse dan goiter, iniyang membedakan
dengan hipertiroid akibat adanya adenoma.
- Pada
hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai wanita,gejala
lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan kadar serum immunoglobulim
stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.d) Adenoma yang bersekresi ACTH
- Biasanya
menyerang wanita sekitar usia 40 tahun
- Khas
ditandai dengan truncal obesity, hipertensi, hirsutisme
(wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea, acne, striaeabdominal,
buffallo hump dan moon facies. Kelainan endokrinologik yang berat ini sudah
muncul pada tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan dalam mendeteksi
dan identifikasi sumbernya.
F.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi :
klien tampak
mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh (jika timbul saat
usia dini) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada
ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia
dewasa)Kulit klien tampak pucatTerdapat penumpukan lemak di punggung, wajah.Klien
tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)Tampak atropi pada pupilKlien tampak
susah membedakan warnaKlien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena
kelemahan otot
2. Palpasi :
Terdapat
nyeri kepalaTerdapat kelemahan otot tonus otot Ekstremitas atas 444 dan
ekstremitas bawah 444
G.
Pemeriksaan diasnostik
Adenoma
Hipofisis non fungsional:
a) pada rontgen
foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella menipisdan
membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka padalateral
foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP darikelenjar
hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada
yanglainnya normal < 9 masing-masing.
b) MRI dan CT
scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma tampak lebih jelas,
tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih baik.c.
Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi
darikelenjar hipofisis.
Adenoma
Fungsional
a) Adenoma yang
bersekresi Prolaktin
Penilaian
kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya berkorelasi dengan
adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml terjadi pada adanya
kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin
berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai
hipofisis karena operasi).
b) Adenoma yang
bersekresi growth hormone
Pengukuran
kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang berupa cetusan,
walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh <1 ng/ml,
pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun
pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih
bisa dipercaya, karenakadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal
kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT
kdar GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100
gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian
GRF atau TRH perdarahan infusakan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal
tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI,
jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber
ektopik dari GH.
c) Adenoma yang
bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH,
LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta subarakhnoidunit, alpha
subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga hormon,sedangkan betasubarakhnoid
unitnya berbeda. Dengan teknik immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar
dari alpha subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada
tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun
padaadenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat.
MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma
yangsatu dengan yang lainnya
d) Adenoma yang
bersekresi ACTH
· CRH
dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari adenihipofisis,
ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari adrenalcortex yang
selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan ACTH. Pada kondisi stres
fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara klinik sulit mengukur
ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan
untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal. Cushing’ssyndroma secara
klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya.
· Pengukuran
plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal maupun dalam respon
terhadap dexametason, maupun penetuan plasma ACTH, bisa dipakai untuk
menentukan apakah penyakitnya primer adrenal, hipofisis atau
sumber keganasan ektopi.
· Jika data
tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan test perangsangan CRH
dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada aliran vena sinus
petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushing’s disease. Jika sudah
ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi menentukan bagian hipofisis
yang mana yang memproduksi hipersereksi ACTH.
H. Therapy/ tindakan penanganan
Gambaran Radiographic : MRI adalah prosedur
terbaik untuk mengevaluasi patologihipofisis, pencitraan jaringan lunak tanpa
gangguan dari lingkungan kurus dari sella dan menghasilkan gambit dalam setiap
bidang
1. Pengobatan :
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan
koreksi elektrolit disfungsidan penggantian hormon hipofisis, jika perlu,
segera setelah spesimen darah diagnostik telah terkirim. Penggantian
hormon tiroid atau adrenal adalah sangat penting. Steroid penggantian
harus cukup untuk situasi stres, termasuk periode perioperatif.Tujuan perawatan
berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor endokrinaktif,
pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat penting
sekaligusmempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat dicapai
dengan bedaheksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma lebih baik dikontrol secara
medis.Untuk nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan bedah pengurangan efek
massa bertanggung jawab atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi
hipofisis. Meskipun bedahreseksi lengkap diinginkan, yang radiosensitivity
tumor ini mengundang subtotal debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk
mengurangi risiko kekambuhan atau keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil
tidak memerlukan intervensi tetapi harus diikuti dengan pemeriksaan secara
berkala bidang visual dan MRI. Timbulnya gejala atau MRIdokumentasi pertumbuhan
indikasi untuk perawatan.
2. Pembedahan :
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan
transsphenoidal membuat prosedur pilihan untuk menghilangkan adenomas.
Kebanyakan tumor lunak dan gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas,
memungkinkan untuk penghapusan lengkap bahkan jika ada suprasellar
signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar. Tingkatkematian kurang dari
1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan penglihatan,meningitis, CSF
bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes insipidus permanen muncul
setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien dan diperlakukan
oleh penggantinya.
3. Terapi radiasi :
Terapi radiasi melengkapi operasi dalam
mencegah perkembangan ataukekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan
penggunaan tiga bidang (bidang menentangsejajar dengan bidang koronal) atau
teknik rotasi untuk menghindari dosis yang tidak perludi lobus temporal. Dosis
4.500-5.000 cGy disampaikan dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum,
pasien dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.Walaupun
radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan kambuhnya setelah
brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan pemeriksaan
bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada tumor didokumentasikan
regrowth.Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary adenoma hipofisis,
prolactinoma dan penyakitCushings, keputusan yang berkaitan dengan pengobatan
untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung pada pemahaman lengkap tentang
risiko bersaing vs manfaat untuk pengobatanyang berbeda. Pilihan untuk
perawatan tumor kelenjar pituitari dapat mencakup operasi,Radiosurgery dan
gamma pisau.
I. Kriteria diagnostic
Ketika melakukan diagnosis, pemeriksa akan
bertanya tentang riwayat keluarga apakah sebelumnya ada yang pernah mengalami
tumor kelenjar pituitary, hiperparatiroidisme(kelenjar paratiroid yang terlalu
aktif), hipoglikemia (gula darah rendah) atau tumor kelenjar
pankreas.Pada pemeriksaan fisik mengidentifikasi tanda-tanda tumor hipofisis
danmasalah kesehatan lainnya. Sebuah ujian neurologis meliputi cek
penglihatan, pendengaran, keseimbangan, koordinasi dan reflex.Dengan
adanya tanda-tanda yang disebutkan muncul pada pasien pemeriksa dapatmencurigai
pasien tersebut mengalami adanya tumor dan ditambah lagi pada
pemeriksaan berikut :
1. Pengujian biokimia
Kadar hormon dapat diukur dalam darah atau
sampel urin melalui tes laboratorium yang mendeteksi kelebihan produksi atau
kekurangan. Seringkali, kelebih hormon stimulasi .
2. Scan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI, standar tes pencitraan untuk tumor
hipofisis, menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan
gambar. MRI scan sangat berguna dalammendiagnosis tumor hipofisis. Kadang-kadang
cairan khusus disuntikkan ke dalam alirandarah untuk membedakan tumor dari
jaringan sehat.MRI dapat dengan mudah mengidentifikasi tumor besar
(macroadenomas) dari kelenjar hipofisis maupun untuk mengidentifikasi
tumor yang paling kecil (microadenomas). TapiMRI mungkin tidak mendeteksi
banyak microadenomas lebih kecil dari 3 milimeter (kira-kira delapan inci).
Antara 5 persen dan 25 persen dari orang sehat memiliki beberapa
minor abnormal pada kelenjar hipofisis yang muncul di MRI scan.
3. Biopsy
Sebuah biopsi (mengambil contoh tumor dan
memeriksanya di bawah mikroskop) mungkinkadang-kadang dianjurkan untuk
verifikasi definitif. Pituitary tumor dapat diperiksa di bawah mikroskop
sebelum atau setelah pembedahan untuk menentukan jenis tumor.
J. Prognosis
Pituitary tumor biasanya dapat disembuhkan.
Hipofisis adenomas yang mengeluarkan adrenocorticotropic hormon sering memiliki
komplikasi yang kuat untuk kambuh. Sekitar 5% dari hipofisis adenomas
menginvasi jaringan terdekat dan tumbuh dalam ukuran besar.Metastasis tumor
hipofisis sangat jarang terjadi. Namun, karsinoma hipofisis
dapat bermetastasis dan berhubungan dengan prognosis yang buruk.
K. Komplikasi
Komplikasi akan muncul jika adenoma hipofisis
tidak ditangani segera walaupun sesungguhnya adenoma hipofisis ini bersifat
jinak, namun karena tidak mendapatkan penanganan yang baik, adenoma akan
bermetastasi pada organ lain yang akanmennimbulkan kanker dan organ yang
terdekat dapat diserang adalah otak yangmengakibatkan menjadi tumor ataupun
kanker otak.Komplikasi pada pembedahan Hemoragik, peningkatan CSS, diabetes
insipidus, infeksi pasca oprasi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian
sekunder
- Klien
mengeluh nyeri kepala
- Klien
mengeluh pandangannya ganda dan kabur
- Klien
mengeluh nyeri wajah
- Klien
mengeluh cepat lelah
- Klien
mengeluh menstruasi berhenti sebelum waktunya
- Klien
mengalami penurunan libidoDo:
- Lapang
pandang klien berkurang
- Pupil
athropi
- Klien tampak
lemah
- Klien tampak
pucat
- Klien tampak
mengalami gigantisme atau akromegali
- Klien
mengalami moon face, buffalo hump
- Klien
mengalami hipertensi
- Kulit klien
tampak gosong
- Tampak
striae abdominal
- Tinggi badan
klien melebihi normal
- Semua
proporsi tubuh klien tampak membesar
- Klien tampak
tidak mampu mengangkat tangan dan kaki (kelemahan otot)
- Rambut klien
tampak halus dan jarang
- Kulit klen
tampak kering dan lunak
Pengkajian
sekunder
a. Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan
pefalensi seimbang dan mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30
tahun.
b.
Keluhan Utama
Klien
mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah dahi kabur
atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang
disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa
pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau
berkurang.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Klien
mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan kabur.
d.
Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah
sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji apakah klien
pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
e.
Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah
keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
2.
Pemeriksaan
fisik
Inspeksi :
- klien tampak
mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh (jika timbul saat
usia dini)
- Klien tampak
mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada ujung-ujung tubuh
seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia dewasa)
- Kulit klien
tampak pucat
- Terdapat
penumpukan lemak di punggung, wajah.
- Klien tampak
mengalami diplopia (pandangan ganda)
- Tampak
atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
- Klien tampak
susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot
Palpasi :
- Terdapat
nyeri kepala
- Terdapat
kelemahan otot tonus otot
- Ekstremitas
atas 444 dan ekstremitas bawah 444.
3.
Diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas
a) Nyeri akut
berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
b) Hipertermi
berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor hipofisis
c) GSP,
Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum
d) PK
Hiperglikemia
e) PK
Hipertensi
f) Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan metabolic
( hipermetabolik)
g) Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan sekresi ADH
h) Kelemahan
berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh
i) Risiko
cidera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
j) Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
k) Inefektif
menyusui berhubungan dengan kurangnya pelepasan oksitosin
4.
Perencanaan
keperawatan
1) Nyeri akut
berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus ditandaidengan
klien mengatakan kepalanya nyeri, klien tampak meringis klien mengatakan skala
nyeri 5
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan pasien
• melaporkan nyeri berkurang,
• klien tampak tidak meringis lagi,
• skala nyeri bahkan hilang (skala nyeri 0)
Intervensi
Mandiri
a) Kaji tingkat
nyeri klien
R/Mengetahui
tingkat nyeri yangdirasakan klien
b) Kompres
dengan air hangat
R/Air hangat
dapat mengurangi rasa nyeri
c) Anjurkan
untuk melakukan aktivitas pengalih
R/Mengalihkan
Nyeri klien
Kolaborasi
a) Pemberian
analgesik
R/Mengurangi
rasa nyeri
2)
Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder
akibat tumor hipofisis ditandai dengan suhu tubuh diatas normal (diatas
36-37,5), kulit tampak kemerahan, klien mengeluhkan badannya panas
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan klien
tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. Dengan kriteria hasil :
• suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,50 –
37,50C),
• kulit klien tidak tampak kemerahan,
• klien tidak mengeluhkan panas lagi
Intervensi
a) Pantau suhu
tubuh pasien (derajatdan pola) perhatikan adanyamenggigil.
R/Demam
biasanya terjadi karena proses inflamasi tetapi mungkinmerupakan
komplikasi darikerusakan pada hipotalamus.
b) Pantau suhu
lingkungan.Batasi penggunaan selimut.
R/Suhu
ruangan/jumlah selimut harusdiubah untuk mempertahankan suhumendekati normal.
c) Berikan
kompres hangat jika adademam. Hindari penggunaanalkohol.
R/Kompres
air hangat menyebabkantubuh dingin melalui proseskonduksi.
d) Pantau
masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgor kulit, dan membrane
mukosa. R/Hipertermia meningkatkankehilangan air tak kasat mata danmeningkatkan
resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaranmenurun /munculnya
mualmenurunkan pemasukan melaluioral.
e) Kolaborasi :
Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
R/ Digunakan
untuk mengurangidemam dengan aksi sentralnya padahipotalamus, berguna juga
untuk membatasi pertumbuhan organismdan meningkatkan
autodestruktif dari sel-sel yang terinfeksi.
3) GSP,
Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum ditandaidengan
klien mengatakan pandangannya kabUr dan ganda
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan :
• Penurunan tajam dan lapang pandang klien
tidak semakin memburuk,
• Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda
mulai berkurang bahkan hilang.
Intervensi
a) Kaji adanya
ptosis, diplopia,gerakan bola mata dan visus.
R/Dapat
mengidentifikasi penyebabkeluhan dan mengetahui besar tajamserta lapang pandang
penglihatanklien
b) Kaji fungsi
saraf III, IV, VI,VII.
R/Menentukan
adekuatnya saraf cranial yang berhubungan dengan kemampuan pergerakan mata
c) Gunakan obat
tetes mata dan pelindung.
R/Memberikan
lubrikan danmelindungi mata
d) Orientasikan
pasien padalingkungan sekitar sebagaimana kebutuhan.
R/Mengenali
lingkungan
e) Tutup
kedipan cahaya yangtidak penting dengan selotip atau pita, gunakan cahaya
yang redupmalam hari, dorong menggunakan penutup mata.
R/Dapat
mengurangi ataumenghilangkan factor-factor penunjang dan
mengurangi pandangan kilauan dari lingkunganluar.
4) Potensial
komplikasi: Hiperglikemia
Tujuan :
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan …x24 jam diharapkan tidak terjadi
hiperglikemi dengan kriteria hasil:
• Kadar gula dalam darah kembali normal
• Tidak terdapat tanda-tanda
hiperglikemik
Intervensi
a) Observasi
tanda-tanda hipeglikemi
Membantu
dalam menentukanintervensi selanjutnya
b) Berikan
suntik insulin menurutsleding scale
Mengupayakan
agar gula darah dalamkeadaan normal
c) Awasi
pemeriksaan laboratoriumterutama GDS
Gula darah
yang tinggi merupakan indicator terjadi hiperglikemi
5) Potensial
Komplikasi, Hipertensi
Tujuan :
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan selama ….x24 jam diharapkantidak terjadi
hipertensi dengan kriteria hasil:
• Tekanan darah normal 120/80mmHg
• Tidak ada tanda-tanda hipertensi
Intervensi
a) Observasi
tanda-tanda hipertensi
Membantu
dalam menentukanintervensi selanjutnya
b) Awasi
tekanan darah klien setiap jamKolaborasi
Tekanan
darah yang tinggimerupakan indicator terjadihipertensi
c) Berikan obat
anti hipertensi
Sebagai
antihipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E.
M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Smeltzer C.
Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
Price dan
Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
dan Proses- proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC
Doenges,
Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hall and
Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.
Noer
Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.