GimoAdi.Blogg
Image by Cool Text: Free Logos and Buttons - Create An Image Just Like This

Cari Situs

Selasa, 10 April 2012

SEPSIS NEONATORUM

SEPSIS NEONATORUM
  
1.    DEFINISI
  • Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehungga seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48jam.(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit buku kedoktoran, jakarta : EGC).     
  • Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005). 
2.    ETIOLOGI
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:     
  1. Ketuban pecah sebelum waktunya    
  2. Perdarahan atau infeksi pada ibu.
  3. Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu:     
-        Streptococus group B (SGB)         
-        Bakteri enterik dari saluran kelamin ibu    
-        Virus herpes simplek          
-        Enterovirus 
-        E. Coli        
-        Candida     
-        Stafilokokus.        
3.    GEJALA
-   Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik.          
-   Gejala lainnya adalah: gangguan pernafasan, Kejang, Jaundice (sakit kuning)Muntah, Diare, Perut kembung.
Gejala juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya : 

-   Infeksi pada tali pusar (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.   
-   Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisa menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
-   Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena     
-   Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
-   Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.    
4.    PATOGENESIS    
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005)
Patogenesis juga dapat terjadi antenatal, intranatal, dan paskanatal yaitu;
a.    Antenatal
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menebus plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain.          
b.    Intra natal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
c.     Pasca natal        
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melallui alat-alat, penghisap lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka umbillikus.           
Selain dari faktor patofisiologi ada beberapa faktor yan menyebabkan yaitu :   
Faktor predisposisi       
Terdapar berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor tersebut adalah :          
  • Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan
  • Perawatan antenatal yang tidak memadai     
  • Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus   
  • Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
  • Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.  
  • Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.    
  • Tidak menerapakan rawat gabung     
  • Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak          
  • Ketuban pecah dini

PATHWAY
Invasi Bakteri dan kontaminasi sistemik
Pelepasan endotoksi oleh bakteri
Perubahan fungsi miokaridum hipotalamus
Gangguan proses pernapasan pusat termuregulator
Gangguan fungsi mitokondria ketidakstabilan suhu
Kekacauan metabolic yang progresif
Kerusakan dan kematian sel
Penurunan perfusi jaringan
Asidosis metabolik
Syok septik insufisiensi
Disseminated Intravasculer coagulation
Sepsis neonatorum
( Bobak : 2005 )

MANIFESTASI KLINIS     
  1. Umum : panas, hipotermi, malas minum, letargi, sklerema    
  2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali   
  3. Saluran nafas: apnu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
  4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi          
  5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol        
  6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. (Arif, 2000)         
Bentuk manisfetasi klinis yang lain adalah:   
-    Tersangka bakteri 
-    Sepsis neonatorum           
-    Saluran pernapasan dispnea, takipnea, apnea.     
-    Tampak tarikan otot pernapasan  
-    Merintih, dan mengorok  
-    Mengalami hiportemia     
-    Aktivitas lemah atau tanpa tidak ada yang sakit 
-    Dan berat badan menurun secara tiba-tiba.         
KOMPLIKASI      
Dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemia, anemia, hiperbilirubinemia, dan meningnitis dan DIC.          
PENCEGAHAN   
Sepsis neonatarum adalah penyebab kematian utama pada neonatus, tanpa pengobatan yang memadai, gangguan ini dapat menyebabakan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.          
Tindakan pencegahan itu dapat dilakukan dengan cara :      
1. Pada Masa Antenatal       
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, iminisais, pengobatan terhadap infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penangan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.     
2.  Pada Saat Persalinan        
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi, tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan. Mengawasi keaadan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.       
3.  Pada Masa Sesudah Persalinan    
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan agar tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendir. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Sebelum dan sesudah memegang bayi harus mencuci tangan gterlebih dahulu. Dan bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi, dan pemberian antibotik secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.        
PENGOBATAN   
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metobolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, dan gentasimin, atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasi tes resistensi.    
PROGNOSIS
Tergantung pada masa gestasi, jenis kuman, sensitifitas kuman dan lama penyakit, dan 25% bayi meninggal meskipun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif. Angka kematian pada bayi prematur yang kecil adalah 2 kali lebih besar. Dan kira-kira angka kematian kasus adalah 30-60%.        
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik :        
Organsisme penyebab terjadinya infeksi bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis maupun pembiakan terhadap contoh darah, air kemih maupun cairan dari telinga dan lambung. Jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.    
Bila ditemukan satu atau lebih faktor resisko infeksi adalah sebagai berikut ;          
  1. Ibu selama melahirkan demam ( suhu > 38.5 oC).           
  2. Ibu leukositosis ( lekosit > 1500/ mm3).  
  3. Air ketuban keruh dan atau berbau busuk.          
  4. Ketuban pecah >12 jam sebelum lahir.    
  5. Partus kasep           
Langkah diagnosis :
  1. Indikasi faktor resiko infeksi yang didiagnosa tersangkan infeksi.         
  2. Tetapkan apakah kasus tersangka infeksi berkembang menjadi sepsis neonatarum dengan mengamati munculnya gejala klinis serta kelainan hasil pemeriksaan laboratorium   
  3.  Untuk penderita yang telah mengalami kelainan klinis dapat dilakukan dengan identifikasi pemeriksaan secara cermat       
  4. Lakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin,pemeriksaan CRP dan kultur darah.
  5. Semua penderita sepsis neonatorum dilakukan lumbal fungsi untuk melihat apakah sudah terjadi komplikasi, batasan minignitis :   
- Usia 0-48 jam > 100      
- Usia 2-7 hari > 50          
- Usia > 7 hari > 22          
  1. Bila ada alat ultrasonografi ( USG), maka USG transfontanel bisa membantu menegakkan diagnosis meningitis.           
PENATALAKSANAAN     
1.  Terapi Suportif     
Segera berikan cairan secara parentral untuk memperbaiki gangguan sirkulasi, mengatasi dehidrasi dan kelainan metabolik. Berikan oksigen bila didapat gangguan respirasi/sodroma gawat napas.bila ditemukan hiperbiliribinemia lakukan foto terapi/tranfusi tukar. Bila sudah makan per oral beri ASI atau susu formula.    
2.  Terapi Spesifik     
Segera berikan anti biotika polifragmasi :
·    Tersangka infeksi.      
1.    Ampisilin, dosis 100 mg/kg BB/ hari.dibagi 2 dosis        
2.    Gentamisin, dosis 21/2 mg/ kgBB/ 18jam. Im sekali pemberian untuk bayi cukup bulan.          
3.    Gentasimin, dosis 21/2 kgBB/24 jam, sekali pemberian, untuk bayi kurang bulan.        
4.    lama pemberian 3-5 hari dinilai apakah menjadi sepsis. Kalau tidak antibiotika,dapat dihentikan.     
·    Sepsis Neonatorum    
1.    Pilihan pertama : Ceftazidim 50 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 2 dosis.
2.    Bila tidak ada perbaikan klunis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke antibiotika lain yang lebih paten, misalnya : 20 mg/kg/BB iv, tiap 8jam, atau sesuai dengan hasil resistensi test. Lama pemberian 7-10 hari.        
·    Sepsis Neonatorum Dengan Meningitis         
Sama dengan butir dua, dengan catatan : dosis ceftazidim 100 mg/kgBB/hari, dosis menjadi 40 mg/kgBB/hari, dengan lama pemberian 14-21 hari.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.    Identitas Klien     
2.    Riwayat Penyakit 
-   Keluhan utama
-   Riwayat penyakit sekarang    
-   Riwayat penyakit dahulu.      
-   Riwayat penyakit keluarga    
3.    Riwayat Tumbuh Kembang
-   Riwayat prenatal        
Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi. 
-   Riwayat neonatal       
Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun sangat tergantung kepada penyebe=ab ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.
4.    Riwayat Imunisasi           
5.    Pemeriksaan Fisik
-   Inspeksi           
-   Palpasi
-   Auskultasi
-   Perkusi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :
  1. Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan metabolism     
  2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
  3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan kebocoran cairan kedalam intersisial       
  4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan terganggunya pengiriman oksigen kedalam jaringan,    
  5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi  
  6. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun          
  7. kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi  (Doenges, 2000)    
INTERVENSI KEPERAWATAN   
1)    Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan metabolisme    
Tujuan       : Suhu tubuh dalam keadaan normal ( 36,5-37 )        
Intervensi :
1. pantau suhu pasien           
Rasional : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut         
2. pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasi 
Rasional : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
3. berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol     
Rasional : membantu mengurangi demem 
4. kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofen 
Rasional : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus    

2)    Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
Intervensi :           
1.  pertahankan tirah baring  
Rasional : menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen         
2.  pantau perubahan pada tekanan darah     
R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah      
3.  pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia           
R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia   
4.  kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan kualitas      
R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak    
5.  catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya           
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal           
6.  kaji perubahan warna kulit,suhu, kelembapan     
R: mengetahui status syok yang berlanjut           
7.  kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral     
R: mempertahankan perfusi jaringan       
8.  kolaborasi dalam pemberian obat 
R: mempercepat proses penyembuhan     

3)    Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan kedalam intersisial
Intervensi  :
1.  catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya           
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia     
2.  pantau tekanan darah dan denyut jantung           
R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah
3.  kaji membrane mukosa     
R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
4.  kolaborasi dalam pemberian cairan IV misalnya kristaloid          
R: cairan dapat mengatasi hipovolemia   

4)    Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman oksigen kedalam jaringan           
Intervensi 
A. pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler   
R: meningkatkan ekspansi paru-paru       
B. pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas       
R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin    
C. auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi           
R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial           
D. catat adanya sianosis sirkumoral  
R: menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate           
E.  selidiki perubahan pada sensorium          
R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi         
F.  sering ubah posisi 
R: mengurangi ketidakseimbangan ventilasi        

DAFTAR PUSTAKA        
  1. Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.    
  2. Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.          
  3. Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.      
  4. Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.