Askep Anak dengan Ensefalitis
Pengertian
Ensefalitis
Ensefalitis
adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro
organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis
adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme (Hassan, 1997).
Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput
pembungkus otak dan medula spinalis.
Patogenesis
Ensefalitis
Virus masuk
tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke
dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
1.
Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau
organ tertentu.
2.
Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ tersebut.
3.
Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput
lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa
Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain
berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang
disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia,
Ataksia, Paralisis syaraf otak.
Penyebab
Ensefalitis
Penyebab
terbanyak : adalah virus
Sering
:
- Herpes
simplex
- Arbo virus
Jarang :
- Entero
virus
- Mumps
- Adeno
virus
Post Infeksi
:
- Measles
- Influenza
- Varisella
Post
Vaksinasi : – Pertusis
Ensefalitis
supuratif akut :
Bakteri
penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokok, E.Coli,
Mycobacterium dan T. Pallidum.
Ensefalitis
virus:
Virus yang
menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili, virus rabies,
virus rubella,virus denque,virus polio, cockscakie A,B, Herpes Zoster,
varisela, Herpes simpleks, variola.
Gejala-Gejala
Ensefalitis
-
Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang
disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
-
Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai
gangguan penglihatan, pendengaran , bicara dan kejang.
Pengkajian
Keperawatan
1.
Identitas
Ensefalitis
dapat terjadi pada semua kelompok umur.
2.
Keluhan utama
Panas badan
meningkat, kejang, kesadaran menurun.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula
anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat kurang lebih 1-4
hari , sakit kepala.
4.
Riwayat penyakit dahulu
Klien
sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita
penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.
5.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada
yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri
contoh : Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E , Coli, dll.
6.
Imunisasi
Kapan terakhir
diberi imunisasi DTP
Karena
ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
-
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola-Pola
Fungsi Kesehatan
Pola
persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kebiasaan
sumber air
yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan buang air besar di WC,
lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
Status
Ekonomi
Biasanya
menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
Pola Nutrisi
dan Metabolisme
Menyepelekan
anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi
Biasanya
klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari
kebutuhan tubuh.,
Pada pasien
dengan Ensefalitis biasanya ditandai
Dengan
adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
Status Gizi
yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
Postur tubuh
biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang
dari normal.
Menurut
rumus dari Beharman tahun 1992, umur 1 sampai 6 tahun
Umur (dalam
tahun) x 2 + 8
Tinggi badan
menurut Beharman umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir.
Perkembangan
badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang.
Pengetahuan
tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang kurang
pengetahuan tentang nutrisi.
Yang
dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.
Pola
Eliminasi
Kebiasaan
Defekasi sehari-hari
Biasanya
pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka
dapat terjadi obstipasi.
Kebiasaan
Miksi sehari-hari
Biasanya
pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika
kebutuhan cairan terpenuhi.
Jika terjadi
gangguan kebutuhan cairan maka produksi urine akan menurun, konsentrasi urine
pekat.
Pola tidur
dan istirahat
Biasanya
pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat
dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.
Pola
Aktivitas
a.
Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis
dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
b.
Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak
dilakukan latihan positif.
Upaya
pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan
latihan pasif sesuai ROM
Kekuatan
otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk .
Kesulitan
yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi
ane
berat,aktifitas
togosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
Pola
Hubungan Dengan Peran
Interaksi
dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis
kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
Pola
Persepsi dan pola diri
Pada klien
Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri
Yang
meliputi Body Image ,seef Esteem ,identitas deffusion deper somalisasi belum
bisa menunjukkan perubahan.
Pola sensori
dan kuanitif
a.
Sensori
-
Daya penciuman
-
Daya rasa
-
Daya raba
-
Daya penglihatan
-
Daya pendengaran.
b.
Kognitif :
Pola
Reproduksi Seksual
Bila anak
laki-laki apakah testis sudah turun, fimosis tidak ada.
Pola
penanggulangan Stress
Pada pasien
Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
-
Stress fisiologi à biasanya anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja ,tidak
bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
-
Stress Psikologi tidak di evaluasi.
Pola Tata
Nilai dan Kepercayaan
Anak umur
3-4 tahun belum bisa dikaji
Pemeriksaan
Laboratorium / Pemeriksaan Penunjang
Gambaran
cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu.
Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar
protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG
memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila
terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan
dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda
klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang
biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.
Patofisiologi
Ensefalitis
Diagnosa
Keperawatan Ensefalitis
1.Resiko
tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2.Resiko
tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3.Resiko
tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.
4.Nyeri b/d
adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5.Gangguan
mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6.Gangguan
asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
7.Gangguan
sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan
saraf pusat.
8.Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9.Resiko
gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
10. Resiko
terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
Diagnosa
Keperawatan I
Resiko
tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan:
-
tidak terjadi infeksi
Kriteria
hasil:
- Masa
penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi
1.Pertahanan
teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunjung.
Pantau dan batasi pengunjung.
R/.
menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber
infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas
atas.
2. Obs.
suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/. Deteksi
dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan Meningkosamia .
3.Berikan
antibiotika sesuai indikasi
R/. Obat
yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.
Diagnosa
Keperawatan II
Resiko
tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum
Tujuan :
- Tidak
terjadi trauma
Kriteria
hasil :
- Tidak
mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi :
1.Berikan
pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn
terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
R/.
Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak tergigit.
Catatan:
memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.
2.Pertahankan
tirah baring dalam fase akut.
R/.
Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.
3.Kolaborasi.
Berikan obat
sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
R/.
Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
4.Observasi
tanda-tanda vital
R/. Deteksi
diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.
Diagnosa
Keperawatan III
Resiko
terjadi kontraktur b/d kejang spastik berulang
Tujuan
:
- Tidak
terjadi kontraktur
Ktiteria
hasil :
- Tidak
terjadi kekakuan sendi
- Dapat
menggerakkan anggota tubuh
Intervensi
1.Berikan
penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik , terjadi
kekacauan sendi.
R/ Dengan
diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program
perawatan .
2.Lakukan
latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap
R/ Melatih
melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.
3.Lakukan
perubahan posisi setiap 2 jam
R/ Dengan
melakukan perubahan posisi diharapkan perfusi ke jaringan lancar, meningkatkan
daya pertahanan tubuh .
4.Observasi
gejala kardinal setiap 3 jam
R/Dengan
melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila ada kelainan dapat
dilakukan intervensi segera
5.Kolaborasi
untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai indikasi
R/Diberi
dilantin / valium , bila terjadi kejang spastik ulang
Daftar
Pustaka
Laboratorium
UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran
UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah,
Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.
Rahman M,
Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat
Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.
Sacharian,
Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta ,1993.
Sutjinigsih
(1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.