A.
Pendahuluan
Jika diperhatikan, kehidupan manusia dimulai saat
sel sperma dari calon ayah dan sel telur calon ibu bertemu di tubuh si calon
ibu, menyatu dan terus bertumbuh, berkembang dari satu sel menjadi berjuta-juta
sel, menjadi lengkap sebagai tubuh manusia, dan kemudian lahir. Bayi yang tidak
berdaya, tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berdaya melalui suatu
proses yang panjang, bertahun-tahun. Dari manusia yang tidak dapat memindahkan
tubuhnya, menjadi manusia yang bisa bergerak melintasi tempat, nampak ada
perkembangan motorik. Dalam perkembangan selanjutnya bayi menunjukkan perubahan
dalam kemampuan kognitif, kemampuan bereaksi terhadap stimulus dari lingkungan,
kehidupan emosi yang lebih bervariasi, tidak hanya bisa merasakan hal yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan, tetapi dapat merasakan perasaan marah, iri
hati, kecewa, sedih, sayang, dan bentuk emosi yang lainnya.
Kehidupan sosialnya pun bertambah intens dan
meluas. Seiring dengan bertambahnya usia, relasi yang dijalin dengan
orang-orang di lingkungannya pun lebih bervariasi, mulai dari kedekatan, tujuan
berelasi dan dengan siapa saja mereka menjalin hubungan. Manusia pun berkembang
dalam memahami nilai-nilai yang ada dalam kehidupan bermasyarakat maupun
nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas. Pemahaman tentang nilai-nilai ini
akan menuntun perilaku manusia ke arah yang seharusnya, sesuai dengan tuntutan
masyarakat, dan tuntutan hati nurani yang berkembang seiring dengan kematangan
super ego (menurut Freud).
Suatu keajaiban bila kita memperhatikan kehidupan
manusia, yang dimulai dari ketidakberdayaan saat lahir, bahkan saat masih di
dalam kandungan ibu, yang begitu bergantung pada ibu, menjadi manusia yang
mandiri yang bisa melakukan sesuatu yang diinginkannya, bisa mengambil
keputusan saat menghadapi masalah, bisa berpikir yang luar biasa, menemukan
sesuatu yang baru, teori-teori baru, menemukan sesuatu yang berguna untuk
kehidupan umat manusia. Seperti Einstein yang dianggap manusia ajaib, yang
menemukan teori relativitas, memulai kehidupannya pun, sebagai makhluk yang
tidak berdaya, yang kemudian berkembang dan bertumbuh menjadi manusia luar
biasa.
Menjadi suatu yang menarik dan menimbulkan rasa
ingin tahu tentang manusia. Mempelajari manusia merupakan hal yang sepatutnya
dilakukan, agar dapat dipahami bagaimana manusia berkembang, bagaimana proses
yang terjadi dalam kehidupan manusia yang berkembang tersebut, faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi perkembangan manusia, hal apa saja yang membatasi
perkembangan manusia. Teori-teori apa saja dalam ilmu psikologi yang membahas
tentang perkembangan manusia, metode apa saja yang dipakai untuk mempelajari
perkembangan manusia dan masih banyak hal lain yang berkaitan dengan
perkembangan manusia.
B.
Perkembangan
Apa yang dimaksud dengan perkembangan? Kata yang
akan banyak digunakan dalam membahas manusia. Perkembangan menunjukkan adanya
perubahan, adanya masa yang dilalui, menunjukkan suatu proses. Proses yang
terjadi sepanjang kehidupan manusia. Perkembangan mengacu pada perubahan
sepanjang waktu selama manusia hidup (change over times). Perkembangan
menunjukkan perubahan yang sifatnya progresif.
· Menunjukkan
adanya perubahan, masa yang dilalui dan ada proses.
· Terjadi
sepanjang kehidupan manusia.
· Mengacu
pada perubahan sepanjang waktu. (Change overtimes)
· Sifatnya
progressif.
Definisi
Pengertian Perkembangan Menurut Beberapa Ahli
· Lois
Hoffman cs - Proses yang terjadi dalam individu sepanjang kehidupan.
· Mussen
Cs - perubahan yang terjadi pada fisik, struktur neurologis, perilaku, traits,
yang terjadi secara teratur dan masuk akal, dan menghasilkan yang baru, yang
lebih baik, lebih sehat, lebih terorganisir, lebih stabil, lebih kompleks,
lebih kompeten, dan lebih efisien.
· Lerner
- Perkembangan menunjukkan perubahan yang sistematis atau terorganisir dalam
diri individu.
· E.
Hurlock - Seri perubahan yang progresif yang terjadi sebagai hasil dari
kematangan dan pengalaman dengan tujuan memampukan individu untuk beradaptasi
dengan lingkungan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan
adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai
tujuan tertentu.
Ciri-ciri perkembangan:
· Kontinyu
(berkesinambungan) Perkembangan berlangsung melewati jam, hari, bulan, dan
tahun. Sebagai contoh, menjadi remaja tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi
melalui proses perubahan yang terjadi bertahun-tahun setelah lahir.
Perkembangan terjadi berkesinambungan sepanjang hidup manusia, hal ini menunjukkan
bahwa pengalaman masa anak tidak secara kaku menentukan kehidupan manusia
selamanya.
o Bayi-remaja-
dst dst
o Pengalaman
masih bayi tidak secara kaku menentukan kehidupan selamanya.
· Kumulatif
Perkembangan dibangun berdasarkan apa yang terjadi sebelumnya atau tersusun
sebelumnya. Bagaimana seorang anak atau dewasa berespon dan apa yang mereka
pelajari sekarang tergantung pada apa yang mereka alami di masa sebelumnya.
o Dibangun
berdasarkan apa yang terjadi sebelumnya.
o Apa
yang dipelajari sekarang tergantung pada apa yang dialami sebelumnya.
· Mempunyai
arah Perkembangan bergerak ke arah yang lebih kompleks. Bayi tumbuh
menjadi anak terlebih dahulu baru kemudian menjadi dewasa. Bayi meraih bola
dengan tangan terbuka, seiring dengan bertambah usia maka otot, saraf, dan
tulang menjadi matang, sehingga seorang anak dapat dengan mudah menangkap bola.
o Bergerak
ke arah yang lebih kompleks (Cont. Menangkap bola)
· Diferensiasi
Pada perkembangan terjadi perbedaan yang semakin halus. Bayi sulit membedakan
antara apa yang dilihat, pikiran, perasaan, dan tindakan, dengan bertambah usia
maka anak bisa membedakan apa yang mereka lihat, apa yang mereka rasakan, yang
mereka pikirkan, dan yang mereka lakukan.
o Terjadi
perbedaan yang semakin halus. (Bertambah usia)
- Bisa
membedakan apa yang dilihat, dirasakan, dipikirkan, dll. Contoh: marah karena
dikhianati, marah karena diganggu, dll. Pada masa bayi hanya bisa tertawa atau
menangis (kalau tidak senang)
· Terorganisir
Ketrampilan-ketrampilan lambat laun akan terintegrasi. Bayi secara
perlahan-lahan mampu mengatur dan mengontrol perilakunya. Bayi belajar mengatur
fungsi persepsi dan motoriknya untuk meraih benda dengan tepat. Orang dewasa
belajar mengatur dan mengontrol tugas-tugas yang bervariasi dalam pekerjaan dan
keluarganya.
o Keterampilan
lambat laun akan terintegrasi
- Secara
perlahan mampu mengatur dan mengontrol perilakunya. Contoh: Mengatur fungsi
persepsi dan motoriknya untuk mengambil benda.
· Holistik
Setiap aspek dalam perkembangan, apakah itu fisik, kognitif, atau sosial,
bergantung satu sama lain, dan setiap perkembangan merupakan hasil interaksi
dari aspek-aspek tersebut. Sebagai contoh, anak berbicara bila tenggorokan,
mulut, dan otak sudah mencapai kematangan.
- Keterampilannya
sudah berkembang, motoriknya berkembang.
Tujuan mempelajari perkembangan:
- Menggambarkan
perubahan yang terjadi pada manusia berdasarkan usia dan pengalaman dalam
pertumbuhan fisik, berpikir, dan kepribadian. Contohnya, apabila kita
melihat perilaku tantrum yang ditunjukkan oleh anak usia 4 tahun maka kita
menganggap perilaku tersebut sebagai sesuatu yang wajar, karena pada usia
tersebut anak mulai menunjukkan keinginannya yang harus dipenuhi dan belum
mampu menunda pemenuhan keinginannya tersebut. Berbeda dengan jika
perilaku tersebut ditunjukkan oleh anak yang berusia 12 tahun maka
perilaku tersebut dapat dikatakan tidak sesuai dengan usianya dan
menunjukkan indikasi permasalahan tertentu.
- Membandingkan
manusia dari berbagai latar belakang. Manusia dengan latar belakang
pengasuhan yang berbeda atau manusia dengan perbedaan biologis tertentu,
dan perbedaan-perbedaan tersebut memberikan gambaran tentang perbedaan
individu.*Menjelaskan perubahan perkembangan dan keurutan prinsip, aturan,
teori dan mekanisme.
- Menjelaskan
perubahan-perubahan perkembangan dan keurutan menurut prinsip, aturan,
teori, dan mekanisme. Seperti keurutan pada saat anak belajar berjalan,
belajar berhitung.
- Memprediksi pola
perkembangan, sehingga dapat ditemukan cara mengontrolnya, dan
memungkinkan diberikannya intervensi. Intervensi dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia. Contohnya, ketika seorang bayi yang sedang
digendong telapak kakinya terlihat “layu”, hal tersebut dapat menjadi
prediktor anak akan mengalami kesulitan pada saat belajar berjalan. Agar
anak dapat belajar berjalan dengan baik, orangtua dapat berkonsultasi
dengan dokter atau mengikutsertakan anak dalam terapi.
- Menghubungkan
penemuan-penemuan dari psikologi perkembangan dengan disiplin ilmu yang
lain.
Hal pokok dalam mempelajari perkembangan manusia
Studi tentang perkembangan manusia berubah dari
waktu ke waktu. Namun para ahli perkembangan memahami bahwa karakteristik bayi
yang baru lahir berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang kompleks.
Nature vs Nurture
Sejak awal, beberapa ahli perkembangan memperdebatkan
apakah perubahan merupakan hasil dari kekuatan di luar manusia atau dari
kekuatan dalam diri manusia. Hal ini dikenal dengan kontroversi antara nature
dan nurture.
· Inborn
biases Konsep ini memperlihatkan bahwa bayi lahir dengan kecenderungan
untuk berespon dengan cara tertentu. Contohnya bayi di awal kehidupan lebih
banyak mendengarkan dan dengan bertambah usia mereka mulai dapat menyusun
kalimat. Bayi juga rupanya diperlengkapi dengan tingkah laku instintif yang
menarik orang lain untuk memperhatikannya, termasuk menangis, merapatkan
tubuhnya pada orang lain, tersenyum. Hal lain dari inborn biases adalah adanya
variasi antar bayi yang baru lahir. Contohnya, ada bayi yang mudah ditenangkan,
sedangkan bayi lain susah ditangani bila dalam keadaan tertekan. Dari
penjelasan di atas bisa dipahami bahwa bayi lahir tidak dalam keadaan kosong.
o Apakah
manusia merupakan hasil dari kekuatan dari luar manusia atau kekuatan dari
dalam diri manusia itu sendiri? - Kontroversi
o Bayi
lahir dengan kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu? contoh: bayi di
awal kehidupan lebih banyak mendengarkan
o Bayi
yang diperlengkapi dengan tingkah laku instinctive yang menarik orang lain
untuk memperhatikannya, termasuk menangis, merapatkan tubuhnya pada orang lain?
Contoh : ada bayi
yang mudah ditenangkan, ada yang susah ditenangkan karena dalam keadaan
tertekan.
· Infernal
model of experiences
o Dua
elemen kunci, yaitu:
- Efek
dari pengalaman tidak tergantung pada objektif dari propertinya, tetapi lebih
pada interpretasi individu pada hal tersebut. Misalnya seorang anak yang
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang ditentukan oleh ibunya, dan
ibunya mendiamkan dirinya untuk waktu yang cukup lama, maka anak paham bahwa
ibunya marah besar kepadanya, karena berdasarkan pengalaman terdahulu.
- Interpretasi
dari pengalaman tidak acak atau muncul berdasarkan mood sesaat tetapi untuk
jangka panjang. (dipengaruhi oleh tujuan, harapan orang lain terhadap dirinya
ataupun oleh harapan yang ada pada dirinya tentang suatu hal)
· Ecological
approach :
o Pengaruh
lingkungan adalah ekologi/konteks dimana anak tumbuh
o Model
interaksi - manusia memiliki kerentanan dan resiliance.
o Masing-masing
anak lahir dengan beberapa protective factors kemudian berinteraksi dengan
lingkungan anak - lingkungan yang sama dapat memberikan akibat yang berbeda.
Hal lain yang perlu dipikirkan tentang pengaruh
lingkungan adalah ekologi atau konteks dimana anak tumbuh; tetangga (lingkungan
rumah) dan sekolah, pekerjaan orang tua dan kepuasan orang tua akan
pekerjaannya, juga relasi orang tua. Tentang model interaksi, yaitu manusia
memiliki kerentanan dan resilience. Menurut pandangan ini setiap anak lahir
dengan kerentanan tertentu, seperti kecenderungan iritabilitas emosi atau
alkolohisme, abnormalitas fisik. Masing-masing anak juga lahir dengan beberapa
protective factors, seperti inteligensi, koordinasi fisik yang baik, temperamen
yang mudah dan lain sebagainya. Kerentanan dan protective factors kemudian
berinteraksi dengan lingkungan anak. Lingkungan yang sama dapat memberikan
akibat yang berbeda, tergantung pada kualitas yang dimiliki anak.
Continuity vs Discontinuity
· Continuity:
perbedaannya/perubahannya secara kuantitatif.
· Discontinuity:
perubahannya berdasarkan kualitas
Masalah kesinambungan (continuity) dan
ketidaksinambungan (discontinuity) berkaitan dengan perubahan yang terjadi
berdasarkan usia, apakah perubahan itu berkaitan dengan jumlah atau derajat
(continuity) atau lebih pada perubahan dalam tipe atau jenis (discontinuity).
Misalnya bertambahnya jumlah teman karena bertambahnya usia, ini adalah
perubahan kuantitatif (kesinambungan). Perubahan dalam persahabatan merupakan
perubahan kualitatif (ketidaksinambungan).
Universal change
Perubahan universal untuk setiap individu dalam
suatu spesies dan dikaitkan pada usia tertentu. Beberapa perubahan universal
terjadi secara biologis, merupakan proses kematangan. Contohnya, bayi yang
berubah dari merangkak menjadi berjalan dan semakin tua kulit menjadi semakin
keriput. Selain itu beberapa perubahan universal terjadi karena social clock
(sekumpulan dari age norm yaitu menjelaskan adanya keurutan dari pengalaman
hidup yang normal) seperti waktu yang tepat untuk mulai sekolah, waktu yang
tepat untuk menikah dan memiliki anak, dan waktu untuk pensiun.
- Dimana-mana bayi
dapat berjalan apabila dia bisa berdiri
- Dimana-mana kulit
semakin keriput semakin tua.
- Terjadi karena
social clock - waktu yang tepat untuk mulai sekolah, untuk menikah dan
memiliki anak.
- Dikaitkan pada usia
tertentu.
Group specific changes
Group-specific changes diperoleh seluruh individu
yang tumbuh bersama dalam suatu kelompok tertentu. Salah satu yang paling
penting yang dimiliki kelompok adalah budaya. Diperoleh seluruh individu yang
tumbuh bersama dalam suatu lingkungan tertentu.
· Konteks
budaya: Budaya akan dibagikan dalam kelompok populasi, diwariskan dari satu
generasi ke generasi lain. Esensi dari budaya adalah adanya nilai-nilai, sikap,
tujuan, hukum, keyakinan, pedoman moral, dan artifak fisik, seperti peralatan.
Budaya itu akan dibagikan dalam kelompok populasi, dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Sebagai contoh; peneliti tertarik meneliti
individu pada dewasa madya dan dewasa akhir tentang pensiun; alasan pensiun,
efek pensiun terhadap kesehatan dan lain sebagainya. Namun penelitian mereka
tidak dapat diterapkan pada individu dengan budaya nonindustrialis, yaitu
individu yang secara bertahap berpindah dari satu jenis pekerjaan ke jenis
pekerjaan yang lain dengan bertambahnya usia. Konsekuensinya, ahli perkembangan
harus menyadari bahwa pensiun merupakan fenomena yang tidak bersifat universal,
tergantung pada budayanya.
· Konteks
sejarah Individu memiliki kohortnya masing-masing, yaitu yang menggambarkan
bahwa kelompok individu yang lahir pada tahun yang sama memiliki pengalaman
historis yang sama pada masa hidup mereka. Seperti individu-individu yang lahir
setelah tsunami di Aceh.
- Pada
masa aceh tsunami: Individu memiliki cohortnya masing-masing - menggambarkan
bahwa kelompok individu yang lahir pada tahun yang sama akan memiliki
pengalaman yang sama.
Individual differences
· Perubahan yang unik, tidak terjadi
pada setiap individu.
- Periode
sensitif. Contoh: Usia 6-12 tahun mungkin usia sensitif dalam pembentukan
attachment, antara orangtua dan bayinya.
- On-time
and Off-time events. Orang mendapatkan pekerjaan pertama pada usia 25 tahun dan
ada yang pada usia 50 tahun. On-timenya: 25 tahun.
- Atypical
development. Contoh: Anak autis yang melakukan sesuatu harus diberi gambar.
Perbedaan individu merupakan hasil perubahan yang
unik, tidak bisa sama untuk setiap individu. Salah satu hal yang tidak sama
tersebut adalah masing-masing individu mulai dari konsepsi memiliki kombinasi
gen yang berbeda, berbeda secara genetik (karakteristik fisik seperti golongan
darah, warna rambut). Karakteristik-karakteristik ini dipengaruhi oleh
hereditas dan lingkungan. Perbedaan individu lain merupakan hasil dari
kejadian-kejadian selama perkembangannya, yang berbeda antara individu satu
dengan individu lainnya. Ahli teori perkembangan anak mengadopsi konsep periode
kritis (yang dikenal dalam dunia hewan), yaitu periode spesifik dalam
perkembangan. Ketika organisme secara khusus sensitif terhadap kehadiran atau
ketidakhadiran pengalaman-pengalaman tertentu.
Konsep yang lebih umum dipakai dalam mempelajari perkembangan manusia
adalah periode sensitif, yaitu suatu rentang dari bulan-bulan atau tahun-tahun
dimana anak menunjukkan respon tertentu kepada bentuk pengalaman yang khusus
atau terutama dipengaruhi oleh ketidakhadiran pengalaman tersebut. Contoh, anak
usia 6 – 12 bulan mungkin usia sensitif dalam pembentukan attachment antara
orang tua dan bayinya.
Suatu studi pada orang dewasa menunjukkan bahwa ada
satu konsep penting yang berhubungan dengan waktu, yaitu on-time dan off-time
events. Pendapat ini merujuk bahwa pengalaman yang terjadi pada waktu yang
diharapakan oleh budaya dimana individu itu hidup atau kohortnya akan lebih
mudah terjadi dibandingkan pada off-time. Contoh, menjadi janda pada usia 30
tahun lebih memberi peluang terjadinya kesulitan dalam hidup atau timbulnya
gejala patologis seperti depresi, dibandingkan menjadi janda pada usia 70 tahun.
Jenis perubahan individu yang lain adalah atypical development. Atypical
development (yang dikenal juga sebagai tingkah laku abnormal, psikopatologi
atau perkembangan yang maladaptif) merujuk pada penyimpangan dari suatu tipe
atau dari yang normal dan arah perkembangan yang merugikan individu. Contoh
dari atypical development adalah retardasi mental, agresi yang ekstrim pada
anak-anak, atau penjudi kompulsif pada orang dewasa.
Hukum-hukum perkembangan
Menurut hasil penelitian para ahli ternyata
perkembangan berlangsung menurut hukum-hukum perkembangan tertentu.
Hukum konvergensi (William Sfern)
Perkembangan - pengaruh lingkungan dan bawaan.
William Stern mengungkapkan bahwa perkembangan yang dialami anak dipengaruhi
oleh unsur lingkungan dan bawaan. Proporsi dari ke dua unsur itu bervariasi.
Pengaruh unsur bawaan dan lingkungan bisa sama kuatnya, atau salah satu dari
unsur itu lebih kuat pengaruhnya terhadap perkembangan dibandingkan unsur yang
lainnya.
Contoh, mengajarkan konsep mengenai burung pada anak
usia 5 tahun dengan down syndrome akan membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan anak usia 5 tahun dengan taraf kecerdasan rata-rata.
Hukum tempo perkembangan
Perkembangan yang dialami berlangsung menurut tempo masing-masing.
Setiap anak/individu memiliki kecepatan
perkembangan tersendiri. Anak yang satu lebih cepat berjalan dibandingkan anak
lainnya, anak yang lainnya lebih lambat berbicara dibandingkan lainnya. Ini
menunjukkan bahwa setiap perkembangan yang dialami individu berlangsung menurut
tempo (kecepatan) masing-masing.
Hukum masa peka (Prof. Hugo deFries & Dr. Maria Montessori)
Kapan anak-anak peka untuk berjalan.
Tiap-tiap fungsi psikis mempunyai waktunya untuk
berkembang dengan sebaik-baiknya. Prof. Hugo de Vries memperkenalkan masa peka
ini dalam ilmu biologi, yaitu suatu masa ketika fungsi-fungsi psikis
menonjolkan diri ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang.
Sebagai contoh, anak usia 2 bulan tidak bisa diajar untuk berjalan karena anak
tidak berada dalam masa pekanya. Hal tersebut akan berbeda dengan anak usia 10
bulan yang diajar berjalan.
Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh
Maria Montessori. Menurut Montessori masa peka merupakan masa pertumbuhan
ketika suatu fungsi psikis mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan. Misalnya
anak usia 3 sampai 5 tahun merupakan masa yang baik sekali untuk mempelajari
bahasa ibu dan bahasa di daerahnya.
Hukum rekapitulasi
Perkembangan yang dialami seorang anak merupakan
pengulangan sejarah kehidupan yang berlangsung dengan lambat. Stanley Hall
mengungkapkan bahwa perkembangan yang dialami seorang anak merupakan ulangan
(secara cepat) sejarah kehidupan suatu bangsa yang berlangsung dengan lambat
selama berabad-abad. Seperti masa memburu dan menyamun, masa ini dialami ketika
anak berusia 8 tahun, yaitu anak senang menangkap binatang, senang bermain
kejar-kejaran, perang-perangan. Masa menggembala, masa ini dialami anak berusia
sekitar 10 tahun, misalnya anak senang memelihara binatang. Masa bercocok tanam,
masa ini dialami anak berusia sekitar 12 tahun, misalnya senang berkebun,
menyiram tanaman. Masa berdagang, masa ini dialami anak ketika berusia sekitar
14 tahun, misalnya senang bertukar perangko, berkirim foto.
Hukum bertahan dan mengembangkan diri
Dorongan pertama - dorongan mempertahankan diri,
kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan yang pertama
adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan
mengembangkan diri. Dorongan mempertahankan diri misalnya dorongan untuk makan
bila lapar, dan dorongan mengembangkan diri nampak pada hasrat anak untuk
mengenal lingkungannya, berusaha untuk berjalan, bermain dan lain sebagainya.
Hukum irama (ritme) perkembangan
Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya -
mengemukakan pola perkembangan yang dialami seorang anak. Perkembangan
berlangsung sesuai dengan iramanya. Irama perkembangan mengemukakan pola
perkembangan yang dialami individu. Anak yang sedang giat-giatnya belajar
berjalan, kegiatan belajar berbicaranya mereda untuk sementara. Bila ia sudah
dapat berjalan, kegiatan berjalan itu mereda pula untuk sementara, kemudian
seluruh perhatiannya dialihkan untuk kegiatan berbicara.
Tahap Perkembangan
Satu hal yang mempengaruhi perkembangan adalah
posisi individu dalam rentang kehidupan. Bila berbicara tentang rentang
kehidupan, maka akan dibagi pada tahap-tahap, seperti prenatal, infancy, masa
anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa. Pembagian tahap kehidupan ini bisa
berdasarkan beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan kondisi fisik dan mental,
sistem sosial dan ekonomi, serta budaya. Pembagian berdasarkan kondisi fisik
dan mental yaitu membagi garis antara muda-tua dan tua-tua. Berdasarkan sistem
sosial dan ekonomi nampak pada pembagian berdasarkan peran dalam pekerjaan dan
pernikahan, misal remaja – dewasa – pensiun.
Pembagian tahap perkembangan yang umum berlaku dalam rentang hidup
manusia adalah pembagian sebagai berikut:
- Prenatal,
dimulai konsepsi dan diakhiri dengan kelahiran
- Infancy,
dimulai saat lahir dan berlanjut sampai usia 2 tahun
- Childhood,
dimulai sekitar usia 2 tahun melewati masa anak akhir yaitu sampai sekitar
usia 12 tahun.
- Adolescence,
dimulai pada usia 12 tahun sampai kurang lebih usia 21 tahun
- Adulthood,
dimulai pada usia 21 tahun sampai lanjut
Determinan perkembangan
· Nature
(Faktor genetik) - Russeau. Dua jenis determinan biologis yang mempengaruhi
perkembangan. Determinan biologis bekerja mulai konsepsi sampai akhir hayat
manusia. Secara nyata, determinan biologis berpengaruh kuat pada beberapa area
perkembangan. Perkembangan motorik tergantung secara kuat pada kematangan otot,
saraf, dan otak. Selain itu, bayi lahir dengan persiapan secara biologis untuk
membina ikatan sosial, mengeksplor lingkungannya, dan memperoleh bahasa.
Hereditas sebagai species/manusia memungkinkan infan/bayi mengembangkan
kemampuannya.
o Species-specific
influences: Manusia tidak bisa jalan dibanding hewan lain yang bisa berjalan
beberapa saat setelah lahir. Karakteristik genetik yang terdapat pada seluruh
anggota species. Misalnya seluruh bayi yang baru lahir membutuhkan makanan dan
perhatian, karakteristik biologis ini membuat bayi bergantung pada ibunya (atau
pengasuhnya) untuk jangka waktu yang relatif lebih lama dibandingkan species
yang lain, seperti mamalia.
o Genetic-specific
Characteristic: karakteristik genetik yang bersifat spesifik untuk setiap
individu, seperti warna rambut, warna mata. Ovum + sperm -> Genetic
shuffling. Warna iris, Rambut, dll
o Determinan
biologis bekerja mulai saat konsepsi hingga meninggal. Mempengaruhi beberapa
area dengan kuat.
§ Motorik -
bergantung secara kuat pada kematangan otot, syaraf, otak.
§ Membutuhkan
keterikatan sosial - investigasi lingkungan & memperoleh bahasa
§ Hereditas
sebagai manusia memungkinkan infant mengembangkan kemampuannya.
· Nurture
- John Locke (Determinan lingkungan)
o Lingkungan
fisik: Uterus ibu pada periode prenatal, tetangga, rumah, pertanian, pantai,
pegunungan, efek ketuban saat bayi masih di janin, bibir sumbing, petani,
pelaut. Lingkungan fisik bisa berupa uterus ibu pada masa prenatal, tetangga,
pertanian, pantai, pegunungan
o Lingkungan
sosial:
§ Terdiri
dari individu lain, lingkungan/institusi sosial. Lingkungan sosial dapat
diamati dengan cara, yaitu apakah lingkungan tersebut memberikan efek pada
individu atau kelompok.
§ Porsi dari
sumbangan lingkungan seperti budaya atau waktu sejarah saat lahir (cohort).
Porsi dari lingkungan yang didapatkan individu, seperti budaya atau waktu
sejarah saat individu dilahirkan. Determinan lingkungan seperti ini akan
menghasilkan kesamaan diantara sekelompok orang yang berada pada kondisi
lingkungan tersebut. Setiap individu memiliki kohort nya masing-masing, yaitu
suatu waktu dimana kejadian-kejadian utama sejarah terjadi pada saat itu dan
mempengaruhi individu tersebut. Misalnya individu-individu yang hidup pada masa
resesi ekonomi yang parah, resesi tersebut dapat berpengaruh positif maupun
negatif pada individu-individu tersebut. Pengaruh positif seperti membuat
individu terpacu untuk berprestasi lebih tinggi untuk mengatasi efek dari
kondsi tersebut. Tapi ada juga individu lain yang mengalami masalah karena
konflik keluarga yang parah yang diakibatkan kondisi ekonomi keluarga tersebut,
sehingga individu tersebut mengalami deperivasi emosi.
§ Laki-laki
& perempuan. Masalah jender. Anak laki-laki dan perempuan akan mengalami
hal yang berbeda untuk kejadian yang sama. Seperti anak laki-laki diperbolehkan
untuk memanjat pohon, tetapi anak perempuan tidak diperbolehkan, atau bila anak
perempuan menangis akan lebih ditolerir daripada anak laki-laki yang menangis.
Orang tua memperlakukan anak laki-lakinya dan anak perempuannya secara berbeda,
memberikan mereka mainan yang berbeda, bermain bersama mereka dengan cara yang
berbeda pula. Kondisi ini memberikan pengalaman yang berbeda untuk anak
laki-laki dan anak perempuan.
Tugas Perkembangan
Dalam setiap budaya ada tugas perkembangan
(developmental task), yaitu tugas-tugas atau ketrampilan-ketrampilan atau pola
tingkah laku tertentu yang harus dipenuhi oleh individu dalam suatu masa
kehidupan tertentu. Oleh karena itu untuk setiap budaya bisa memiliki tugas
perkembangan yang berbeda dengan budaya lainnya. Individu yang dapat memenuhi
tugas perkembangannya akan bahagia dan menjadi dasar bagi keberhasilan
tugas-tugas selanjutnya. Sebaliknya individu yang gagal dalam memenuhi tugas
perkembangannya akan tidak bahagia dan sulit untuk memenuhi tugas-tugas
perkembangan pada masa selanjutnya. Misalnya anak pada akhir early childhood
belum bisa membaca dan menulis, maka akan menyulitkan proses belajar pada
middle childhood. Atau anak yang pada usia tertentu belum bisa berdiri maka
akan menyulitkannya untuk belajar berjalan.
Kegagalan >> Tidak bahagia dan mempersulit pencapaian
berikutnya.
Tugas-tugas yang harus dipenuhi individu biasanya
berbentuk skill & pola tingkah laku tertentu. Anak berperilaku tertentu
yang bisa diterima. >> Anak tidak punya topeng: Polos. Diajari pakai
topeng, walau tidak suka untuk berperilaku sesuai yang diharapkan
lingkungannya.
Macam-macam tugas perkembangan
- Tugas yang timbul sebagai
akibat dari proses kematangan fisik. Contoh: Belajar jalan.
- Tugas yang timbul
karena tuntutan budaya. Seperti belajar baca & tulis. Anak pada usia
sekian harus mencapai tingkat pendidikan tertentu.
- Tugas yang timbul
karena penilaian dan keinginan individu karena penilaian dan keinginan
individu sendiri, seperti memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan.
- Tugas yang timbul
sebagai akibat dari kerjasama antara tiga faktor tersebut, seperti
menikah.
Dalam memenuhi tugas perkembangannya individu akan
menghadapi suatu masa atau usia yang diharapkan dapat menguasai tugas-tugas
perkembangannya. Masa/usia dimana individu diharapkan dapat menguasai
tahap-tahap perkembangannya disebut "critical age" (masa kritis).
Selama masa kritis, faktor kematangan mendasari individu untuk memperoleh
pandangan dasar terhadap dunianya.
Tugas perkembangan berisi empat operasi yang saling berhubungan,
yaitu:
- Adanya kemungkinan
tingkah laku yang baru yang diharapkan darinya atau tingkah laku orang
lain yang lebih matang darinya. Misalnya, seorang anak yang bisa
mengendarai sepeda roda tiga melihat kakaknya mengendarai sepeda roda dua,
lalu ia berpikir bahwa ia pun ingin juga mengendarai sepeda roda dua.
- Membentuk konsepsi
baru tentang dirinya sendiri (identity formation). Misalnya anak yang tadi
berpikir bahwa ia pun bisa mengendarai sepeda roda dua seperti kakaknya.
- Menangani secara
efektif konflik yang muncul karena adanya tuntutan terhadap dirinya.
Seperti anak tersebut di atas, disatu sisi ia ingin mampu mengendarai
sepeda roda dua, tapi disisi yang lain ia berpikir apakah ia mampu
melakukannya, kemudian ia berketetapan bahwa ia ingin mencoba.
- Keinginan untuk
mencapai langkah selanjutnya dalam perkembangan (motivasi). Maka anak
tersebut akan terdorong untuk mencoba mengendarai sepeda roda dua.
Dalam mencapai tugas perkembangan, ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan seseorang gagal memenuhi tugas perkembangan
tersebut, yaitu:
- Retardasi dalam
perkembangan, seperti kondisi fisik, keterbelakangan mental.
- Kurangnya
kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas, seperti orang tua yang terlalu
melindungi anaknya.
- Kurangnya motivasi,
seperti anak yang terlalu dilayani.
Faktor-faktor yang menyebabkan orang gagal memenuhi tugas
perkembangan:
- Retardasi dalam
perkembangan, kondisi fisik.
- Kurangnya
kesempatan, untuk belajar tugas-tugas.
- Kurangnya
interaksi.
Kegunaan Adanya Tugas Perkembangan
- Sebagai petunjuk
untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat untuk umur tertentu
(mengetahui bahwa penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh
penguasaan akan tugas-tugas perkembangan).
- Individu dapat
mengetahui apa yang harus dikerjakan bila ia mencapai fase kehidupan
berikutnya. Penyesuaian diri dalam situasi baru yang sulit dan menimbulkan
ketegangan emosi dapat dikurangi bila sebelumnya sudah mengetahui apa yang
akan terjadi dan dapat mempersiapkan diri.
Metode penelitian dalam psikologi perkembangan
Cara yang mudah untuk memahami metode penelitian
adalah dengan melihat pertanyaan yang khusus dan alternatif cara untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Sebagai contoh, ibu-ibu dari anak
yang berusia 3 – 5 tahun mengeluh mengapa emosi anak-anak mereka sulit untuk
dikendalikan. Ingin diketahui apa yang terjadi pada emosi anak-anak usia
tersebut di atas. Bagaimana kita menjawab pertanyaan tersebut? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut ada sejumlah prosedur/langkah yang harus dilalui. Sebelum
lebih lanjut kita membahas tentang prosedur dalam penelitian, maka ada baiknya
dipahami pentingnya suatu penelitian.
Penelitian menjadi penting karena
- Tanpa penelitian
pengetahuan tentang perkembangan terbatas pada anekdot dan opini.
- Dapat menemukan
fakta-fakta baru dan pembuktian hipotesis tentang perkembangan.
Prosedur penelitian mencakup lima langkah utama, yaitu:
- Menentukan masalah
dari penelitian, yaitu dengan mengidentifikasikan variabel-variabel
determinan dan akibatnya pada perkembangan manusia.
- Menyusun hipotesis
yang merupakan prediksi. Hipotesis membantu menyusun desain penelitian dan
memilih metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data.
- Mengumpulkan
informasi yang dapat memeriksa hipotesis.
- Memeriksa hipotesis
dengan melakukan analisis dan menginterpretasi data.
- Menarik kesimpulan
dari pemeriksaan hipotesis tersebut.
Studi Perkembangan
Metode utama yang dipakai dalam psikologi perkembangan adalah observasi,
interview, dan eksperimen.
A.
Studi Observasi
Dalam observasi, peneliti mengamati individu dalam
aktivitas mereka sehari-hari dan secara hati-hati melaporkan perilakunya.
Observasi dilakukan di rumah, sekolah, kantor, tempat bermain, di jalanan, di
tempat pesta, dan lain sebagainya. Dengan individu berperilaku spontan dalam
situasi alamiahnya, maka peneliti lebih percaya/lebih yakin dalam
menggeneralisasi hasil observasi pada situasi yang lain. Dengan observasi dapat
diperoleh informasi yang berharga tentang efek dari variabel lingkungan, atau
faktor-faktor lain, terhadap perilaku. Agar observasi berhasil, diperlukan
aturan yang jelas untuk mengkategorikan dan melaporkan apa yang diobservasi,
yaitu untuk menjamin validitas dan reliabilitas observasi.
- Naturalistic
study (observasi alamiah). Dalam observasi alamiah peneliti
mengobservasi dan melaporkan apa yang diobservasi tanpa merubah situasi.
Misal mengobservasi perilaku bermain anak di situasi sekolah, maka kita
akan mengobservasi anak tersebut di sekolahnya pada saat bermain dengan
teman-temannya.
- Field study.
Dalam studi lapangan peneliti memasukkan beberapa faktor dalam situasi
alamih sehingga merubah situasi tersebut dan kemudian mengobservasi
perilaku individu. Misalnya ingin mengobservasi perilaku agresif anak-anak
bila keinginan mereka akan sesuatu tidak dipenuhi, maka kita akan
merancang situasi tersebut di dalam tempat tertentu (di ruangan anak
diperlihatkan banyak mainan, tetapi pada saat anak ingin mengambil mainan
tersebut, maka peneliti mengambil mainan itu sehingga anak tidak bisa
menjangkaunya) dan kemudian mengamati perilaku anak.
- Event Sampling - Jika peneliti
tertarik untuk mempelajari tingkah laku tertentu, seperti bagaimana anak
berespon terhadap disiplin yang diberikan orang tua, maka kita menggunakan
teknik event sampling.
- Time Sampling - berdasarkan waktu.
Dalam pendekatan time sampling, peneliti mencatat sejumlah tingkah
laku tertentu yang terjadi pada suatu periode waktu tertentu, misalnya
ingin mengobservasi tingkah laku anak di sekolah saat proses belajar
mengajar terjadi selama satu jam, maka kita bisa membagi satu jam ke dalam
l2 unit waktu yang masing-masing unitnya 5 menit. Pada setiap unit tingkah
laku apa saja yang muncul kemudian dicatat.
- Speciment Record - semua dicatat.
Dalam melakukan observasi, peneliti harus memutuskan tingkah laku yang
akan dicatat. Bila peneliti tertarik untuk mengetahui segala sesuatu yang
dilakukan oleh subjek penelitian, maka mereka menggunakan specimen
record.
B.
Studi Interview
Dalam interview, peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan menganalisis jawabannya. Sifat dari interview
tergantung pada tujuan penelitian. Kadang-kadang kita melakukan interview
dengan dipandu oleh sejumlah pertanyaan yang telah disusun (kuesioner); kadang
juga peneliti melakukan interview seorang demi seorang secara terpisah; kadang
peneliti menghabiskan waktu berjam-jam untuk masing-masing subjek karena
melakukan interview secara mendalam. Peneliti dapat menggunakan in-depth
interview dan seringkali ditambah dengan observasi dan kuesioner untuk
mengeksplor perkembangan individu. Seperti bila kita ingin meneliti tentang
bagaimana seorang anak remaja menjadi delinquen, maka akan ditanyakan sejumlah
pertanyaan yang sudah tersedia yang berisi indikator dari tingkah laku
delinquen, kemudian melalui pertanyaan mendalam menanyakan tentang latar
belakang keluarga, pergaulan, sejarah akademiknya, dan melakukan observasi di
sekolah atau dalam pergaulannya di luar sekolah, juga di rumah. Semua ini
dilakukan untuk mengetahui mengapa dan bagaimana remaja tersebut menjadi
delinquen.
C.
Studi Eksperimental
Tujuan dari kebanyakan studi eksperimental adalah
untuk menguji hipotesis. Peneliti memeriksa efek dari variabel yang ingin
diteliti pada perilaku, melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel
yang diteliti. Variabel yang dipilih atau diubah oleh peneliti melalui beberapa
cara disebut dengan variabel independen. Kemudian variabel yang berubah karena
adanya variabel independen disebut dengan variabel dependen. Contohnya kita
ingin mengetahui berapa banyak kata yang dapat dikenal anak usia 4 tahun, maka
kita akan memberikan sejumlah kata dalam daftar (variabel independen) dan
jumlah kata yang dikenal anak usia 4 tahun adalah variabel dependen. Dalam
studi eksperimental dikenal adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimental.
Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapat perlakuan eksperimen,
sedangkan kelompok eksperimental adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan
eksperimen. Seperti bila ingin diketahui pengaruh teknik mengingat tertentu
pada anak, maka disusun kelompok kontrol yang terdiri dari anak-anak yang tidak
diberikan teknik mengingat tertentu, dan pada kelompok eksperimental, anak-anak
diberikan teknik mengingat tertentu. Kemudian anak-anak dari kedua kelompok
diberikan sejumlah kata, dan setelah itu diukur jumlah kata yang bisa diingat
oleh kedua kelompok tersebut.
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing metoda
|
Metoda
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
Studi
Observasi
|
- Studi dekat dengan
kehidupan sehari-hari
|
- Peneliti tidak memiliki
kontrol atas seleksi partisipan.
- Observasi mungkin tidak
reliabel.
- Tidak diketahui dan tidak
terkontrol faktor-faktor yang mempengaruhi hasil.
|
Studi
Interview
|
- Studi dekat dengan
kehidupan sehari-hari.
- Peneliti memiliki
beberapa kontrol atas seleksi partisipan.
- Pengalaman dan respon
partisipan dapat distandarisasi.
|
- Interview mungkin tidak
reliabel.
- Tidak diketahui dan tidak
terkontrol faktor-faktor yang mempengaruhi hasil.
|
Studi
Eksperimen
|
- Faktor-faktor yang tidak
diinginkan dapat dikontrol atau dieliminasi.
- Secara umum metode ini
yang paling efisien dan murah
|
- Studi mungkin jauh dari
kehidupan sehari-hari.
|
D.
Studi Korelasional
Studi korelasional mengarah pada bagaimana
keterkaitan antara dua faktor atau lebih. Korelasi menunjukkan bagaimana
kedekatan hubungan dari dua faktor, bila satu faktor berubah maka akan
dihubungkan dengan perubahan dari faktor yang lain. Dalam studi korelasional
hubungan antara dua faktor tidak menggambarkan hubungan sebab akibat, artinya
faktor yang satu tidak menyebabkan faktor yang lain. Misalnya terdapat hubungan
antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar di sekolah, hal ini
menunjukkan bahwa motivasi belajar yang tinggi diikuti oleh prestasi belajar
yang tinggi juga, dan sebaliknya, tetapi tidak menjelaskan bahwa motivasi
belajar yang tinggi menyebabkan prestasi belajar yang tinggi pula.
Desain Perkembangan
Perkembangan merupakan perubahan yang berhubungan
dengan usia. Masalah dalam perkembangan adalah menemukan apakah perubahan
perkembangan mempengaruhi kebanyakan orang pada masa yang sama dari rentang
hidup manusia (seperti berjalan, belajar berbicara, mulai sekolah, pubertas,
atau pensiun) atau apakah perubahan memiliki faktor yang tidak berkaitan dengan
perkembangan. Saat mempelajari perkembangan, peneliti menggunakan beberapa
desain yang berbeda, yaitu cross-sectional, longitudinal, dan sequential.
1.
Desain Cross-sectional
· Cross
Sectional
- Perkembangan
bahasa anak usia 2-5 th:
§ 2
tahun - x2
§ 3
tahun - x3
§ 4
tahun - x4
§ 5
tahun - x5
- Sekaligus
banyak, dalam waktu singkat, murah, tapi tidak dpt melihat proses.
Dalam desain cross-sectional peneliti mempelajari
dua atau lebih kelompok usia pada waktu yang bersamaan dan membandingkan
hasilnya. Perbandingan tersebut mungkin antara kohort yang berbeda dalam
periode hidup yang sama, misalnya membandingkan kemampuan sosialisasi anak usia
6 tahun dan 10 tahun. Atau perbandingan antara kohort dalam periode hidup yang
berbeda, misalnya membandingkan kemampuan mengingat individu usia 18 tahun dan
usia 80 tahun. Jadi dalam desain cross-sectional, peneliti melakukan
perbandingan variabel tertentu dari beberapa kelompok subjek dengan variasi
usia pada waktu yang bersamaan. Misalnya ingin meneliti perkembangan bahasa
pada anak antara usia 2 tahun sampai 6 tahun, maka peneliti membandingkan
kemampuan berbahasa kelompok anak usia 2 tahun, anak usia 3 tahun, usia 4
tahun, 5 tahun dan 6 tahun pada waktu bersamaan. Masalahnya adalah tidak ada
cara untuk menjelaskan perbedaan yang muncul berhubungan dengan usia yang
merupakan hasil dari perkembangan atau karena perbedaan kohort. Keterbatasan
desain ini adalah tidak memperlihatkan pola dari perubahan di dalam diri individu,
karena kita meneliti perubahan yang terjadi pada individu yang berbeda.
2.
Desain Longitudinal
· Longitudinal
- 2th
- 3th - 4th - 5th
- bisa
lihat proses, waktu lama, biaya, kemungkinan anak pindah, dll.
Pada desain longitudinal peneliti mempelajari individu
dari kohort yang sama diikuti selama berminggu-minggu, bulan, tahun, atau
dekade. Misalnya meneliti perkembangan bahasa anak usia 2 tahun sampai 6 tahun,
maka kita meneliti subjek yang sama mulai usia dua tahun diikuti sampai usia 6
tahun dan diamati kemampuan bahasanya. Desain ini memberikan informasi yang
berharga tentang perkembangan, karena kita bisa mengikuti perubahan secara
berkesinambungan sehingga perubahan yang terjadi pada individu bukan disebabkan
oleh perbedaan kohort. Masalah yang muncul dari desain ini adalah apakah
perubahan yang terjadi karena perkembangan dari individu atau akibat perubahan
dalam iklim sosial masyarakat. Masalah lain adalah bisa terjadi
practice-effect, yaitu karena pengulangan tes yang diberikan kepada individu
dapat menjadikannya familiar dengan tipe tes tersebut.
3.
Desain Sequential
· Sequential
- 2-3
th
- 4-5
th
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dimunculkan
kedua desain di atas, maka Warner Schaie (1983) memperkenalkan desain
sequential, yaitu dua atau lebih kohort diperiksa dalam situasi
cross-sectional, dan kemudian setelah beberapa tahun, kohort yang sama di
periksa ulang untuk mendapatkan data longitudinal. Contohnya, ingin meneliti
perkembangan bahasa anak usia 2 tahun sampai 5 tahun, maka kelompok subjek usia
2 tahun dan 4 tahun diperiksa kemampuan bahasanya, satu tahun kemudian kelompok
subjek tersebut diperiksa kembali kemampuan bahasanya. Dengan demikian dalam
waktu satu tahun kita bisa memeriksa perkembangan kemampuan bahasa anak pada
usia 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun. Waktu yang diperlukan pada desain
sequential lebih singkat daripada desain longitudinal, namun tetap saja desain
sequential membutuhkan biaya yang besar dan waktu.
Keuntungan dan kerugian masing-masing desain perkembangan
|
TIPE
|
METODA
|
DATA
|
KEUNTUNGAN
|
KERUGIAN
|
Cross-sectional
Design
|
Observasi beberapa
kohort pada satu peristiwa
|
Perbedaan-perbedaan
usia dalam perilaku
|
Cepat dan
murah
|
Perbedaan
dapat merefleksikan perubahan kohort dibandingkan perubahan perkembangan
|
Longitudinal
Design
|
Observasi
satu kohort pada beberapa peristiwa
|
Perubahan
perilaku seturut waktu
|
Menunjukkan
kecenderungan perkembangan danmenunjukkan perubahan dalam diri individu.
|
Perubahan
mungkin mencerminkan perubahan dalam masyarakat, dan studi memakan waktu
panjang dan mahal, serta practice effect dan pengurangan subyek dapat
mempengaruhi sampel.
|
Sequential
Design
|
Observasi
beberapa kohort pada beberapa peristiwa
|
Perubahan
perilaku dalam hubungannya dengan usia
|
Tampak
pengaruh usia, kohort dan perubahan masyarakat.
|
Studi
menjadi panjang dan mahal.
|